Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Ekspor minyak dan gas Libya meningkatkan pendapatan lebih dari 21,5 miliar dolar AS (sekitar 307,7 triliun rupiah) pada tahun 2021, level tertinggi dalam lima tahun, menurut pernyataan National Oil Corporation pada Sabtu (15/1).

Total pendapatan bersih untuk ekspor minyak dan gas tahun lalu berjumlah 21,5 miliar dolar serta 30 juta euro dalam penjualan non-dolar, kata NOC yang dikelola negara, dalam sebuah pernyataan.

Level rekor dicapai pada November dan Desember, meningkatkan gabungan 4,3 miliar dolar dalam dua bulan terakhir tahun 2021, menurut NOC.

“Akhir tahun 2021 mencatat pemulihan, dan harga minyak mencapai kenaikan tahunan terbesar sejak 2016, didorong oleh pemulihan ekonomi global dari keadaan stagnasi” akibat epidemi virus corona, kata Kepala NOC Mustafa Sanalla.

Sejak 1970-an, Libya yang memiliki cadangan minyak terbesar di Afrika sangat bergantung pada pendapatan dari ekspor hidrokarbonnya.

Namun dalam satu dekade kekerasan sejak pemberontakan 2011 yang menggulingkan dan menewaskan Moamer Kadhafi, kelompok bersenjata sering memblokade atau merusak instalasi minyak.

Penutupan telah memaksa NOC untuk menyatakan force majeure, sebuah langkah hukum yang memungkinkannya untuk membebaskan diri dari kewajiban kontrak mengingat faktor-faktor di luar kendalinya.

Produksi minyak telah pulih menjadi 1,2 juta barel per hari, dibandingkan dengan antara 1,5 juta dan 1,6 juta barel per hari sebelum pemberontakan yang didukung NATO pada 2011.

Tapi Sanalla memperingatkan “kemampuan sektor minyak di Libya untuk berinvestasi dan memajukan proses modernisasi infrastruktur akan tetap lemah di masa mendatang, terutama mengingat kelangkaan anggaran”.

“Yang kami butuhkan lebih dari sebelumnya adalah berpikir di luar kebiasaan dan menciptakan inisiatif untuk menyelamatkan infrastruktur,” tegasnya.

Sumber: THE NEW ARAB

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan