Diskriminasi terhadap warga Amerika keturunan Asia termasuk penyebutan nama yang salah, menerima pelayanan yang lebih buruk dibandingkan dengan pelanggan lain di restoran maupun toko, atau dipanggil dengan nama atau sebutan yang ofensif.
Sacramento, AS (Xinhua) – Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa sembilan dari 10 warga Amerika keturunan Asia secara pribadi pernah mengalami diskriminasi, dan masalah ini tidak mendapat cukup banyak perhatian di Amerika Serikat (AS).
Survei tersebut dilakukan terhadap 7.006 orang dewasa keturunan Asia mulai Juli 2022 hingga Januari 2023, dan hasilnya dirilis pada Kamis (30/11) oleh Pew Research Center.
Para peneliti mengidentifikasi 17 jenis insiden diskriminasi, termasuk penyebutan nama yang salah, menerima pelayanan yang lebih buruk dibandingkan dengan pelanggan lain di restoran maupun toko, atau dipanggil dengan nama atau sebutan yang ofensif.
Mereka menemukan bahwa sekitar sembilan dari 10 warga Amerika keturunan Asia secara pribadi pernah mengalami setidaknya satu dari 17 jenis insiden diskriminasi tersebut. Sekitar separuh dari responden dewasa keturunan Asia mengungkapkan mereka pernah mengalami empat jenis insiden atau lebih.
Hampir enam dari 10 orang dewasa keturunan Asia menganggap diskriminasi terhadap warga Asia yang tinggal di AS sebagai masalah besar dan 63 persen mengatakan perhatian yang diberikan terhadap ras dan isu rasial yang menyangkut warga keturunan Asia yang tinggal di negara itu terlalu sedikit, menurut survei tersebut.
Sebagian besar dari mereka yakin bahwa sangat penting untuk memiliki seorang pemimpin nasional yang mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi warga Amerika keturunan Asia.
Para peneliti menyebutkan bahwa karena mereka tidak dapat mengidentifikasi semua jenis pengalaman diskriminasi yang mungkin terjadi, kemungkinan ada lebih banyak jenis pengalaman yang tidak tercakup dalam survei tersebut.
Laporan tersebut juga mengungkap dua stereotipe yang kerap dikaitkan dengan warga Amerika keturunan Asia, yaitu stereotipe ‘orang asing selamanya’ (forever foreigner) dan stereotipe ‘minoritas teladan’ (model minority).
Dari seluruh responden, 78 persen mengaku diperlakukan sebagai ‘orang asing’ terlepas dari tempat kelahiran, status kewarganegaraan, atau kekuatan ikatan mereka dengan AS.
Pengalaman-pengalaman ini bahkan juga dirasakan oleh warga keturunan Asia yang keluarganya telah menetap di AS selama beberapa generasi. Selain itu, 37 persen orang dewasa keturunan Asia generasi kedua mengaku pernah disuruh oleh seseorang untuk kembali ke negara asal mereka, menurut survei tersebut.
Pengalaman lain yang dirasakan oleh banyak warga Amerika keturunan Asia adalah dicap sebagai ‘minoritas teladan’ tanpa pertimbangan terkait latar belakang mereka.
Stereotipe ini menyamaratakan warga Amerika keturunan Asia sebagai individu yang cerdas, mapan, dan mampu berprestasi di bidang-bidang seperti matematika dan sains, serta membandingkan warga Amerika keturunan Asia dengan kelompok nonkulit putih lainnya seperti warga Amerika keturunan Afrika dan warga Amerika keturunan Hispanik.
Diskriminasi terhadap warga Amerika keturunan Asia bukanlah hal baru. Dalam sejarah panjang mereka di AS, sebagian besar warga Amerika keturunan Asia selalu mengalami diskriminasi dan pengucilan serta diperlakukan sebagai orang asing, kata para peneliti dalam studi tersebut.
Laporan terbaru ini semakin menegaskan masalah diskriminasi yang terus meluas terhadap warga Amerika keturunan Asia di AS, yang membentuk pola kehidupan sehari-hari masyarakat, kata para peneliti.
Laporan: Redaksi