Banner

Delegasi China: Adaptasi perubahan iklim adalah tugas realistis dan mendesak

Zhao Yingmin, Wakil Menteri Ekologi dan Lingkungan Hidup China sekaligus Kepala Delegasi China untuk Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim ke-27 (COP27), berpidato dalam sebuah acara yang diadakan oleh World Bank Group saat COP27 di Sharm El-Sheikh, Mesir, pada 8 November 2022. (Xinhua/Sui Xiankai)

Adaptasi perubahan iklim merupakan langkah yang efektif dalam mengurangi efek merugikan dan risiko yang dihadapi oleh negara-negara dan kawasan sehingga dapat melindungi pembangunan sosial-ekonomi serta keamanan ekologi dan lingkungan.

 

Sharm El-Sheikh, Mesir (Xinhua) – Secara aktif beradaptasi dengan perubahan iklim adalah tugas yang “realistis dan mendesak,” seperti disampaikan kepala delegasi China untuk konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (10/11).

Zhao Yingmin, yang juga menjabat sebagai wakil menteri di Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup China, membuat pernyataan tersebut dalam sebuah acara sampingan bertema ‘Strategi dan Tindakan China untuk Adaptasi Iklim’ yang diadakan pada Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ke-27 (COP27) di kota pesisir Sharm El-Sheikh, Mesir.

Sang menteri mengatakan bahwa mitigasi dan adaptasi merupakan dua solusi utama dalam menghadapi perubahan iklim, yang harus mendapat perhatian yang sama dan tidak boleh diabaikan.

Karena perubahan iklim global telah terjadi, tindakan adaptasi yang efektif dapat mengurangi efek merugikan dan risiko yang dihadapi oleh negara-negara dan kawasan sehingga dapat melindungi pembangunan sosial-ekonomi serta keamanan ekologi dan lingkungan, ujar Zhao.

Banner
Adaptasi perubahan iklim
Foto dari udara yang diabadikan pada 19 September 2019 ini menunjukkan sejumlah staf memeriksa panel surya di atap sebuah pabrik mobil setempat di Huzhou, Provinsi Zhejiang, China timur. (Xinhua/Xu Yu)

Selain mempromosikan upaya adaptasi di dalam negeri, China juga secara aktif melakukan kerja sama Selatan-Selatan dengan sejumlah negara berkembang untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, katanya.

“China menyediakan peralatan untuk negara-negara berkembang seperti mikrosatelit, stasiun meteorologi keliling (mobile), dan drone untuk mendukung mereka dalam meningkatkan kemampuan pemantauan dan peringatan dini terhadap bencana alam, serta adaptasi iklim,” ujar Zhao.

Dirinya mendesak negara-negara maju untuk memenuhi janji mereka menyediakan 100 miliar dolar AS kepada negara-negara berkembang dalam pembiayaan iklim per tahun, serta membuat peta jalan guna menggandakan dana adaptasi itu.

Mengenai isu kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim, Zhao mengatakan bahwa hal tersebut menjadi perhatian utama bagi negara-negara berkembang. “China juga akan mengerahkan berbagai upaya dan kontribusi positif guna mempromosikan kemajuan negosiasi tentang kerugian dan kerusakan,” ujarnya.

Adaptasi perubahan iklim
Foto dari udara yang diabadikan pada 3 November 2021 ini menunjukkan ladang tenaga angin di Luduo, yang terletak di wilayah Baoying di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China timur. (Xinhua/Li Bo)

Diselenggarakan bersama oleh Kementerian Ekologi dan Lingkungan China, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Pusat Adaptasi Global (Global Center on Adaptation), acara sampingan tersebut juga menggelar sejumlah diskusi tentang kebijakan dan tindakan yang perlu diadopsi untuk upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, serta berbagi pengalaman dan kasus.

*1 dolar AS = 15.562 rupiah

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan