Jakarta (Indonesia Window) – Para peneliti di seluruh dunia harus berupaya lebih keras lagi dalam bekerja sama untuk segera mengidentifikasi varian baru SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.
Permohonan itu disampaikan selama pertemuan virtual lebih dari 1.750 ilmuwan dari 124 negara, yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (13/1) guna membahas kesenjangan pengetahuan kritis dan prioritas penelitian yang berkaitan dengan mutasi virus yang muncul.
Sejak awal pandemik, WHO secara rutin meneliti dan mengevaluasi apakah varian baru lebih mudah menyebar, meningkatkan keparahan penyakit, atau mengurangi efektivitas pengobatan dan vaksin.
Selain mendesak para ilmuwan di seluruh dunia untuk memantau secara dekat varian yang muncul, WHO mendesak mereka untuk berbagi sampel virus dan serum guna memastikan bahwa penelitian dilakukan secepat mungkin.
“Tujuan kolektif kami adalah untuk menjadi yang terdepan dan memiliki mekanisme global dalam mempercepat identifikasi dan mempelajari varian yang menjadi perhatian, dan memahami implikasinya terhadap upaya pengendalian penyakit,” kata Ana Maria Henao Restrepo, Kepala Cetak Biru Litbang WHO, yang diaktifkan selama pandemik guna membantu meningkatkan koordinasi antara ilmuwan dan profesional kesehatan global, dan mempercepat penelitian tentang penyakit tersebut.
Memperhatikan peran penting penelitian dalam deteksi dini varian baru, para ilmuwan juga menyerukan peningkatan koordinasi lintas disiplin melalui integrasi penelitian dengan upaya inovasi.
Mutasi virus dari waktu ke waktu adalah normal, kata para ahli WHO, tetapi semakin banyak virus menyebar, semakin cepat prosesnya.
Beberapa varian virus corona yang muncul baru-baru ini, seperti yang diidentifikasi di Inggris, Afrika Selatan, dan Jepang, ternyata jauh lebih menular dari pada jenis lain.
Namun, tidak ada bukti bahwa virus ini lebih mematikan atau mengurangi keefektifan vaksin yang telah dikembangkan dan disetujui untuk digunakan di seluruh dunia.
Pengurutan genom, yakni proses menentukan urutan DNA virus, juga sangat penting dalam mengidentifikasi dan merespons varian baru, dan WHO meminta komunitas penelitian global untuk memprioritaskan penelitian tersebut.
“Sejauh ini, 350.000 urutan (DNA) telah dibagikan kepada publik, tetapi sebagian besar berasal dari segelintir negara,” kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19.
“Meningkatkan cakupan geografis pengurutan sangat penting bagi dunia agar dapat memperhatikan perubahan pada virus,” imbuhnya.
Para ilmuwan menyoroti pentingnya platform data nasional dalam dokumentasi jenis data klinis, epidemiologis, dan virus yang membantu mendeteksi dan menilai varian SARS-CoV-2 baru.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Mike Ryan, memperingatkan bahwa tahun-tahun mendatang bisa lebih sulit dari pada tahun lalu karena tingkat penularan varian baru virus yang tinggi.
“Pastinya di belahan bumi utara, terutama di Eropa dan Amerika Utara, kami telah melihat badai musim yang sempurna, dingin, orang-orang masuk ke dalam percampuran sosial yang meningkat dan kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan mendorong peningkatan transmisi di banyak negara,” ujar Ryan.
Jumlah kematian global akibat COVID-19 telah mendekati 2 juta, dan lebih dari 93 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi oleh virus corona.
Laporan: Redaksi