Jakarta (Indonesia Window) – Model baru penyebaran COVID-19 yang dikembangkan oleh para ahli di Institut Gabungan Untuk Suhu Tinggi pada Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia menunjukkan bahwa herd immunity atau kekebalan kawanan terhadap virus corona dapat diperoleh dalam populasi tertentu hanya setelah 3-10 persen orang terinfeksi.
Menurut ilmuwan utama institut tersebut, Sergey Trigger, model baru penyebaran COVID-19 memperhitungkan empat parameter, yakni jumlah orang dalam populasi tertentu, jumlah kontak berpotensi bahaya yang dimiliki individu yang terinfeksi per hari, kemungkinan terjadinya terinfeksi, dan jangka waktu penyakitnya.
“Setelah mempelajari data statistik dan interpretasi yang ada, kami menyadari bahwa model penyebaran virus harus memperhitungkan durasi minimum penyakit, dan juga bahwa infektivitas maksimum tidak jatuh pada yang pertama, tetapi pada hari-hari berikutnya dari penyakit itu,” kata Trigger kepada Kantor Berita Sputnik baru-baru ini.
Model SIS dan SIR yang saat ini digunakan untuk menggambarkan penyebaran virus corona tidak seakurat yang dikembangkan oleh Institut Gabungan Untuk Suhu Tinggi Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Model baru tersebut memperhitungkan berbagai tindakan dan batasan karantina, dengan menggunakan statistik resmi.
“Ternyata adalah mungkin untuk secara signifikan mengurangi tingkat peningkatan infeksi (virus korona) dan mencapai kekebalan kelompok dengan persentase kasus yang jauh lebih rendah, turun menjadi 3-10 persen dari populasi,” kata para ilmuwan.
Perkiraan sebelumnya menunjukkan bahwa hingga 60-70 persen populasi perlu terinfeksi COVID-19 agar kekebalan kawanan tercapai.
Menurut para ilmuwan Rusia, pemilihan tindakan karantina yang tepat untuk populasi tertentu, dengan mempertimbangkan budaya lokal dan kekhususan lainnya, sangat penting untuk mencapai ambang infeksi yang lebih rendah yang diperlukan untuk kekebalan kawanan.
Herd immunity terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap suatu virus, sehingga penyebaran penyakit dari orang ke orang tidak mungkin terjadi.
Contohnya adalah campak yang merupakan penyakit sangat menular. Setidaknya 94 persen populasi harus kebal terhadap virus campak untuk memutus rantai penularan.
Vaksin dan infeksi adalah dua cara yang diyakini dapat membentuk kekebalan kawanan untuk COVID-19.
Laporan: Redaksi