Jakarta (Indonesia Window) – Hampir 80 persen orang yang didiagnosis dengan COVID-19 pulih karena respons alami sistem kekebalan tubuh mereka, Kepala Klinik Pulmonologi (penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan) dari Pusat Klinik Penelitian Federal di bawah Badan Medis-Biologi Federal, Alexander Averyanov, pada Kamis (29/10), menurut laporan Kantor Berita TASS.
“Ada dua cara virus corona berkembang. Mayoritas pasien, yaitu sekitar 80 persen, memiliki respon imun alami setelah SARS-CoV-2 mulai bereplikasi, mengatasi infeksinya, dan orang tersebut menjadi lebih baik. Dengan kategori ini pasien, tidak peduli obat apa yang kami resepkan, akan pulih,” katanya dalam sesi online Dewan Riset Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia yang didedikasikan untuk COVID-19.
Sementara itu, 20 persen pasien mengembangkan respons imun yang tidak proporsional, yang menyebabkan sistem kekebalan bekerja melawan tubuhnya sendiri, dan menyebabkan kerusakan paru-paru.
Averyanov menunjukkan bahwa sejauh ini tidak ada obat atau metode pengobatan yang dapat menghentikan virus dan efek merusaknya.
Dia menambahkan bahwa setelah memakai Lopinavir atau Ritonavir, setiap detik pasien mengembangkan reaksi toksik.
Hydroxychloroquine dan Mefloquine juga menyebabkan efek samping yang signifikan tanpa menunjukkan sifat anti virus.
Pakar menambahkan bahwa Favipiravir juga bukan ‘penyelamat’, dan menggunakan plasma darah untuk mengobati pasien COVID-19 tidak mengurangi tingkat kematian, karena pasien yang mendapat plasma darah selama pengobatan dan yang tidak, menunjukkan kondisi yang sama.
Laporan: Redaksi