Banner

COVID-19 – Layanan kesehatan di lebih 50 negara terganggu selama pandemik

Ilustrasi. Survei Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) yang dilakukan selama musim panas menemukan bahwa hampir 68 persen dari 77 negara negara melaporkan beberapa gangguan dalam pemeriksaan kesehatan anak-anak dan layanan imunisasi. (Adhy Savala on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Survei Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) yang dilakukan selama musim panas menemukan bahwa hampir 68 persen dari 77 negara negara melaporkan beberapa gangguan dalam pemeriksaan kesehatan anak-anak dan layanan imunisasi.

Selain itu, 63 persen negara melaporkan gangguan dalam pemeriksaan antenatal (sebelum kelahiran) dan 59 persen dalam perawatan pasca melahirkan, sebut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterima di Jakarta, Rabu.

Sementara itu, survei WHO baru-baru ini berdasarkan tanggapan dari 105 negara mengungkapkan bahwa 52 persen dari mereka melaporkan gangguan pada layanan kesehatan bagi anak-anak yang sakit, dan 51 persen dalam layanan untuk penanganan malnutrisi.

Intervensi kesehatan dalam kondisi tersebut sangat penting untuk menghentikan kematian bayi dan anak. Misalnya, wanita yang menerima perawatan oleh bidan profesional yang dilatih sesuai dengan standar internasional memiliki kemungkinan 16 persen lebih kecil untuk kehilangan bayinya dan 24 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kelahiran prematur, menurut WHO.

Menurut Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, fakta bahwa saat ini lebih banyak anak yang hidup untuk melihat ulang tahun pertama mereka dari pada waktu mana pun dalam sejarah, adalah tanda nyata dari apa yang dapat dicapai ketika dunia menempatkan kesehatan dan kesejahteraan sebagai pusat dari respon kita.

Banner

“Sekarang, kita tidak boleh membiarkan pandemik COVID-19 membalikkan kemajuan luar biasa untuk anak-anak dan generasi masa depan kita. Sebaliknya, inilah saatnya menggunakan apa yang kita tahu berfungsi untuk menyelamatkan nyawa, dan terus berinvestasi dalam hal sistem kesehatan yang lebih kuat dan Tangguh,” ujarnya.

Berdasarkan tanggapan dari negara-negara yang berpartisipasi dalam survei UNICEF dan WHO, alasan gangguan layanan kesehatan yang paling sering dikutip, termasuk orang tua yang menghindari pusat kesehatan karena takut tertular; pembatasan transportasi; penangguhan atau penutupan layanan dan fasilitas; lebih sedikit petugas layanan kesehatan karena pengalihan atau ketakutan infeksi karena kekurangan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan; dan kesulitan keuangan yang lebih besar.

Afghanistan, Bolivia, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Libya, Madagaskar, Pakistan, Sudan dan Yaman adalah beberapa negara yang paling terpukul.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan