Banner

Biden peringatkan Israel soal bom pasokan AS yang digunakan untuk membunuh warga Palestina

Sebuah tank Israel terlihat di dekat penyeberangan Shalom Kerem di Israel selatan yang berbatasan dengan Jalur Gaza pada 6 Mei 2024. (Xinhua/Jamal Awad)

Biden mengakui senjata AS telah digunakan oleh Israel untuk membunuh warga sipil di Gaza, tempat Israel melancarkan serangan selama tujuh bulan yang bertujuan untuk memusnahkan Hamas.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada hari Rabu (8/5) waktu setempat secara terbuka memperingatkan Israel untuk pertama kalinya bahwa negaranya akan berhenti memasok senjata jika pasukan Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah di Gaza selatan, kota yang kini menjadi tempat berlindung satu-satunya bagi para pengungsi.

“Saya tegaskan bahwa jika mereka masuk ke Rafah…, saya tidak akan memasok senjata yang pernah digunakan dalam sejarah untuk menyerang Rafah, untuk menangani kota-kota,” kata Biden dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Komentar Biden itu mewakili bahasa publiknya yang paling kuat hingga saat ini dalam upayanya untuk mencegah serangan Israel di Rafah, sekaligus menggarisbawahi keretakan yang semakin besar antara AS dan sekutu terkuatnya di Timur Tengah.

Biden mengakui senjata AS telah digunakan oleh Israel untuk membunuh warga sipil di Gaza, tempat Israel melancarkan serangan selama tujuh bulan yang bertujuan untuk memusnahkan Hamas. Serangan militer Israel sejauh ini telah menewaskan 34.789 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, kata Kementerian Kesehatan Gaza.

“Warga sipil telah terbunuh di Gaza sebagai akibat dari bom-bom tersebut dan cara-cara lain yang mereka lakukan untuk menyerang pusat-pusat permukiman,” katanya ketika ditanya tentang bom seberat 2.000 pon yang dikirim ke Israel.

Seorang pejabat senior AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa Washington telah meninjau dengan cermat pengiriman senjata yang mungkin digunakan di Rafah, dan sebagai hasilnya menghentikan pengiriman yang terdiri atas 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, awal pekan ini menyebut keputusan Washington untuk menunda pengiriman “sangat mengecewakan” meskipun dia tidak yakin AS akan berhenti memasok senjata ke Israel.

Israel pekan ini menyerang Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi, namun Biden mengatakan dia tidak menganggap serangan Israel itu sebagai invasi skala penuh karena serangan tersebut tidak menyerang “pusat populasi.”

Wawancara tersebut dirilis beberapa jam setelah Menteri Pertahanan Lloyd J. Austin III secara terbuka mengakui keputusan Biden pekan lalu untuk menunda pengiriman ribuan bom berat karena kekhawatirannya terhadap Rafah, di mana Washington menentang invasi besar-besaran Israel tanpa perlindungan sipil.

Operasi militer Israel di Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel. Peristiwa ini menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 250 lainnya diculik, 133 di antaranya diyakini masih ditahan di Gaza, menurut penghitungan Israel.

Amerika Serikat sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar ke Israel, dan mereka mempercepat pengirimannya setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober.

Pada tahun 2016, pemerintah AS dan Israel menandatangani Nota Kesepahaman 10 tahun ketiga yang memberikan bantuan militer sebesar 38 miliar dolar AS selama 10 tahun, hibah sebesar 33 miliar dolar AS untuk membeli peralatan militer, dan 5 miliar dolar AS untuk sistem pertahanan rudal. Bulan lalu, kongres menyetujui pendanaan tambahan sebesar 26 miliar dolar AS untuk Israel.

Biden mengatakan AS akan terus memberikan senjata pertahanan kepada Israel, termasuk sistem pertahanan udara Iron Dome.

“Kami akan terus memastikan Israel aman dalam hal Iron Dome dan kemampuan mereka menanggapi serangan yang terjadi di Timur Tengah baru-baru ini,” katanya. “Tapi itu salah. Kami tidak akan melakukannya – kami tidak akan memasok senjata dan peluru artileri.”

Biden juga mengatakan kepada CNN bahwa dia bekerja sama dengan negara-negara Arab yang siap membangun kembali Gaza dan membantu transisi menuju solusi dua negara, menyusul perang antara Hamas dan Israel.

Sumber: Reuters

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan