Biaya hidup rumah tangga di Selandia Baru naik 7,7 persen secara tahunan pada kuartal September 2022, tertinggi sejak pencatatan indeks dilakukan mulai 2008.
Jakarta (Indonesia Window) – Biaya hidup untuk rata-rata rumah tangga di Selandia Baru meningkat sebesar 7,7 persen secara tahunan (year on year), dengan kenaikan harga yang dirasakan secara luas di semua kelompok rumah tangga pada kuartal September 2022, demikian disampaikan departemen statistik Selandia Baru Stats NZ pada Rabu (26/10).
Semua kelompok rumah tangga menghadapi kenaikan biaya hidup tahunan tertinggi sejak pencatatan indeks dilakukan mulai 2008, kata Stats NZ.
“Harga yang lebih tinggi untuk perumahan dan pangan merupakan kontributor utama kenaikan di semua kelompok rumah tangga,” sebut manajer bidang harga konsumen Katrina Dewbery dalam sebuah pernyataan.
Setiap kuartal, indeks harga biaya hidup rumah tangga (household living-costs price index/HLPI) mengukur bagaimana inflasi memengaruhi 13 kelompok rumah tangga yang berbeda, ditambah sebuah kelompok semua rumah tangga, atau rata-rata rumah tangga. Sedangkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) mengukur bagaimana inflasi memengaruhi Selandia Baru secara keseluruhan.
Inflasi tahunan, yang diukur dengan CPI, mencapai 7,2 persen pada kuartal September 2022, sementara inflasi tahunan untuk rata-rata rumah tangga yang diukur dengan HLPI mencapai 7,7 persen, tunjuk statistik itu.
Kedua ukuran inflasi ini biasanya digunakan untuk tujuan yang berbeda. Penggunaan utama CPI adalah untuk kebijakan moneter, sedangkan fokus HLPI adalah untuk memberikan wawasan tentang biaya hidup bagi kelompok rumah tangga yang berbeda-beda, ujar Dewbery.
Dewbery mengatakan bahwa suku bunga resmi, yang digunakan oleh Reserve Bank untuk mengendalikan inflasi, meningkat dari 0,25 persen pada September 2021 menjadi 3,0 persen pada September 2022, yang tercermin dalam HLPI dengan biaya yang lebih tinggi untuk pembayaran bunga.
Sekitar 7,4 persen pengeluaran dari rumah tangga dengan pengeluaran lebih tinggi adalah untuk pembayaran bunga, dibandingkan dengan 4,7 persen untuk rata-rata rumah tangga dan 2 persen untuk kelompok rumah tangga dengan pengeluaran terendah. Ini berarti rumah tangga dengan pengeluaran tertinggi mengalami tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan kelompok-kelompok rumah tangga lainnya, katanya.
Harga bensin merupakan kontributor lain untuk kenaikan tersebut bagi sebagian besar kelompok rumah tangga, meningkat 19 persen bagi rata-rata rumah tangga bila dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, tunjuk statistik itu.
Laporan: Redaksi