Pengungsi Suriah sayangkan keputusan PBB hentikan bantuan keuangan

Foto menunjukkan sebuah kamp pengungsi Suriah di Bekaa, Lebanon, pada 19 Juni 2018. (Xinhua/Bilal Jawich)

Bantuan keuangan kepada pengungsi Suriah dari PBB rencananya akan dihentikan mulai Januari 2023, memicu kecemasan puluhan ribu keluarga, yang bergantung pada bantuan tersebut, tentang masa depan mereka.

 

Beirut, Lebanon (Xinhua) – Jamal Abu Lutfi, seorang pengungsi asal Suriah, dan keluarganya berkumpul di sekitar tungku kayu bakar tua di tenda mereka di Kota Saadnayel, Bekaa, Lebanon, mencemaskan tentang masa depan setelah menerima pesan teks suram dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pesan tersebut menginformasikan tentang rencana PBB untuk menghentikan bantuan keuangan bulanannya mulai awal 2023 mendatang.

“Kami terkejut dengan keputusan yang tiba-tiba dan sangat disayangkan ini, yang akan menyebabkan rasa malu dan kesulitan bagi keluarga saya … kami tidak akan dapat memenuhi kebutuhan mendesak kami mengingat kenaikan harga yang melambung tinggi,” kata Abu Lutfi kepada Xinhua.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) dan Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) pada November mengumumkan rencana mereka untuk menghentikan bantuan keuangan bulanan bagi 35.000 dari 269.000 keluarga pengungsi Suriah mulai Januari 2023.

Dalal Abu Huwaili, salah seorang pengungsi Suriah lainnya, mengatakan keputusan tersebut mungkin tidak akan memotivasi para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka, melainkan justru menambah kesulitan dan kesengsaraan mereka.

“Sebagian besar pengungsi lebih memilih untuk kembali ke tanah air mereka ketika solusi politik yang komprehensif sudah tercapai di Suriah, dan perang sudah berakhir. Hanya dengan begitu kami dapat memiliki lingkungan yang aman untuk membangun kembali rumah kami dan hidup dengan damai,” ujarnya.

Ahmad al-Suwaiqi, seorang sersan di kamp pengungsi Marj al-Khoukh di Kota Marjeyoun, Lebanon selatan, mengatakan kepada Xinhua bahwa pesan yang dikirimkan oleh PBB itu memicu gelombang kepanikan di kalangan pengungsi karena sebagian besar dari mereka bergantung pada bantuan keuangan tersebut untuk bertahan hidup.

Bantuan keuangan kepada pengungsi Suriah
Para pengungsi Suriah terlihat di sebuah kamp pengungsi di Zaatari, Yordania, pada 21 Desember 2020. (Xinhua/Mohammad Abu Ghosh)

Lisa Abou Khaled, seorang juru bicara UNHCR, mengatakan kepada Xinhua bahwa sumber daya yang terbatas dari negara-negara pendonor memaksa UNHCR dan WFP membatasi bantuan keuangan mereka hanya untuk keluarga pengungsi yang rentan dan paling membutuhkan.

Dia menyampaikan bahwa 35.000 keluarga yang diputus bantuannya dapat memperoleh manfaat dari program bantuan lain yang menawarkan bantuan musim dingin untuk penghangat ruangan.

Pada 26 Oktober, Lebanon melanjutkan rencananya untuk memfasilitasi pemulangan secara sukarela para pengungsi Suriah ke tanah air mereka, yang sempat terhenti pada 2019 akibat COVID-19.

Lebanon menampung jumlah pengungsi terbesar per kapita. Pemerintah memperkirakan sekitar 2 juta pengungsi Suriah tinggal di negara tersebut.

Otoritas Lebanon dan Suriah sebelumnya telah meminta sejumlah organisasi internasional untuk memberikan bantuan keuangan kepada pengungsi Suriah saat mereka pulang ke Suriah alih-alih memberikan bantuan saat mereka berada di wilayah Lebanon, yang dengan begitu dapat membantu mempercepat kepulangan pengungsi ke tanah air mereka.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan