Jakarta (Indonesia Window) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengembangkan Pembakit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar melalui program Renewable Energy Based Industry (REBID) atau pengembangan Energi Baru Dan Terbarukan (EBT) untuk industri.
“Program tersebut akan mengintegrasikan mulai dari sisi suplai hingga penggunanaan energi, sehingga mengakselerasi pemanfaatan tenaga air skala besar untuk diserap di pasar industri besar, seperti di PLTA Kayan di Kalimantan Utara,” ujar Harris, Direktur Aneka EBT pada Direktorat Jenderal EBT dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM saat diskusi virtual yang berlangsung di Jakarta, Kamis (24/9).
Harris menjelaskan, PLT Air dan PLT Minihidro (PLTM) akan terus dikembangkan sesuai dengan regulasi.
“Kita harapkan keduanya bisa dikembangkan melalui regulasi yang ada saat ini. Kita akan mengakomodir semua (masukan pengembang). Khususnya (kapasitas) yang di bawah atau sampai dengan 5 megawatt (MW). Impelementasinya dilakukan melalui penunjukan langsung dan Feed in Tariff,” terangnya.
Untuk kapasitas pembangkit di atas 5 MW, harga jual beli akan ditetapkan dengan skema Business to Business (B to B).
“Konsep tersebut sudah ada dalam draft Peraturan Presiden,” kata Harris.
Saat ini, Kementerian ESDM juga melakukan kerja sama pemanfaatan waduk existing dan baru bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk pembangkit dengan potensi kapasitas sebesar 302 MW.
Waduk tersebut adalah waduk Arsari/Sepaku dengan potensi kapasitas 20 MW, waduk Lembakan 20 MW, dan waduk Wamboja 18 MW di Kalimantan Timur.
Pemerintah juga akan mengembangkan PLTM Kalibumi dengan kapasitas 6,3 MW di Papua; PLTA Kusan berkapasitas 65 MW di Kalimantan Selatan; PLTA Konawe/Bendungan Pelosika sebesar 10 MW di Sulawesi Tenggara; dan PLTA Merangin dengan kapasitas 90-228 MW di Jambi.
Kalimantan Utara, pemerintah tengah melakukan cascading (penyelarasan) lima PLTA dengan total kapasitas 6.000 – 9.000 MW dan PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW. Keduanya kembangkan untuk mendukung kegiatan industri di Kalimantan Timur.
Menurut Harris, besarnya potensi air di Papua tengah dilirik oleh Fortescue Metals Group (FMG) Australia yang berencana menanamkan investasi untuk pengembangan PLTA sebesar 20 gigawatt dan kawasan industri di Memberamo, Urumuka, Idenberg, Balein dan Derewo.
Selain itu, Kementerian ESDM terus mengoptimalkan proyek-proyek yang telah terdaftar di Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan skema IPP (Independent Power Producer) murni/mandatory anak perusahaan PLN dengan potensi 1.000 hingga 5.425 MW.
Laporan: Redaksi