Pusat kemitraan China-ASEAN di Guangxi berperan penting dalam perluasan kolaborasi antara kedua pihak di sektor pendidikan kejuruan, yang merupakan fokus utama kerja sama regional.
Nanning, China (Xinhua/Indonesia Window) – Di Universitas Politeknik Liuzhou di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, Muhammad Luthfi Adri dari Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) mencatat pengetahuan tentang layanan purnajual ekskavator di kelas, dengan harapan kursus pelatihan keterampilan ini dapat mendongkrak kariernya di industri mesin rekayasa.
“Saya mempelajari pengetahuan teoretis dan keterampilan praktis tingkat lanjut dari program ini,” ujar mahasiswa berusia 21 tahun itu.
Dia adalah satu dari 20 mahasiswa yang melakukan perjalanan dari Indonesia ke China untuk mengikuti program pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh Guangxi LiuGong Machinery Co., Ltd. bersama Universitas Politeknik Liuzhou, di antara mitra-mitra lainnya.
Program ini menggabungkan pengajaran tentang mesin rekayasa di kelas dengan program magang di LiuGong, yang memberikan keahlian teknis sekaligus pengalaman industri kepada para mahasiswa.
Inisiatif ini mencerminkan perluasan kolaborasi antara China dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di sektor pendidikan kejuruan, yang merupakan fokus utama kerja sama regional. Program-program seperti program bergelar, pelatihan yang dibantu oleh pemberi kerja, serta pertukaran jangka pendek membantu meningkatkan keterampilan pekerja untuk memenuhi kebutuhan industri di seluruh ASEAN.
Guangxi, yang merupakan pusat kemitraan China-ASEAN, berperan penting dalam berbagai upaya ini. Sejumlah universitas setempat mendirikan 17 lembaga kejuruan yang disesuaikan dengan pasar ASEAN, mendukung sektor-sektor seperti pertanian, transportasi dan energi. Lembaga-lembaga ini dirancang untuk memenuhi permintaan industri, menawarkan pelatihan yang selaras dengan kebutuhan bisnis yang melakukan kegiatan operasional lintas perbatasan.
Bagi perusahaan seperti LiuGong, yang menjual produk di 180 lebih negara dan kawasan, kemitraan ini membantu mengatasi tantangan dalam menemukan pekerja terampil untuk kegiatan operasional global.
“Bergabung dalam program pelatihan ini memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk bekerja dengan perusahaan terkemuka dan tumbuh menjadi pemain penting di bidangnya,” kata Luo Guobing, wakil presiden senior LiuGong.
Sejumlah besar lulusan kini bekerja di anak perusahaan LiuGong di negara-negara ASEAN, tempat mereka menyumbangkan keahlian dan memperoleh pengalaman internasional, tambah Luo.
Program-program seperti ini juga mentransformasi karier kaum muda. Intira Punwilai, lulusan program mekatronika asal Thailand di Liuzhou, kini bekerja di sebuah perusahaan teknologi tinggi China di Thailand. Keahlian teknis dan kefasihannya dalam berbahasa Mandarin menjadikannya sebagai anggota tim dan mentor yang berharga bagi para peserta pelatihan baru.
Guangxi juga mengembangkan materi pelatihan multibahasa untuk mendukung pendidikan kejuruan di negara-negara ASEAN seperti Thailand, Myanmar, dan Indonesia. Sumber daya ini, yang tersedia dalam beberapa bahasa seperti bahasa Thailand dan Indonesia, memberikan dukungan tertarget bagi pengembangan tenaga kerja.
“Industri-industri seperti tekstil, e-commerce, dan pariwisata berkembang pesat di ASEAN, menciptakan permintaan yang kuat untuk pelatihan kejuruan,” kata Huang Rongmei, direktur Kantor Urusan Pertukaran Internasional di Institut Kejuruan Ekonomi dan Perdagangan Guangxi.
“Kerja sama yang lebih erat di bidang-bidang ini mendukung pertumbuhan industri di ASEAN dan perkembangan ekonomi regional yang sehat,” imbuh Huang.
Laporan: Redaksi