Penunjukan Barnier sebagai PM Prancis pada Juni 2024 dinilai tidak sesuai dengan hasil pemilihan legislatif, yang dimenangkan oleh partai National Front for Progress (NFP).
Paris, Prancis (Xinhua/Indonesia Window) – Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (5/12) menerima pengunduran diri pemerintahan Perdana Menteri (PM) Michel Barnier yang dimakzulkan oleh mosi tidak percaya parlemen pada Rabu (4/12).
Sembari menunggu pembentukan pemerintahan baru, Macron telah menugaskan Barnier untuk memimpin pemerintahan sementara guna mengelola urusan-urusan terkini, demikian menurut Istana Elysee dalam sebuah siaran pers.
Majelis Nasional Prancis pada Rabu malam melaksanakan pemungutan suara untuk mendukung mosi tidak percaya, yang memaksa Barnier untuk mengundurkan diri dan menyebabkan runtuhnya pemerintahannya.
Pada Kamis pagi, Barnier menemui Macron untuk secara resmi mengajukan pengunduran dirinya.
Ini menandai krisis politik yang signifikan bagi Prancis, mengingat pemerintahan Barnier menjadi yang pertama digulingkan oleh mosi tidak percaya sejak 1962. Keruntuhan pemerintahan ini menambah urgensi pada tugas pengesahan anggaran nasional 2025, dengan hanya tersisa kurang dari sebulan sebelum tenggat waktu.
Penunjukan Barnier sebagai PM oleh Macron pada Juni 2024 lalu, yang dilakukan menyusul pembubaran Majelis Nasional usai kekalahan partainya dalam pemilihan Parlemen Eropa, telah mengundang kontroversi. Partai-partai sayap kiri mengkritik langkah tersebut, dengan alasan bahwa penunjukkan Barnier tidak sesuai dengan hasil pemilihan legislatif, yang dimenangkan oleh partai National Front for Progress (NFP).
Lahir pada 1951, Barnier memiliki karier politik yang panjang. Dia pernah menjadi anggota majelis termuda pada 1978, kemudian menjabat sebagai presiden dewan departemen Savoie, dan berperan penting dalam membawa Olimpiade Musim Dingin 1992 ke Albertville.
Laporan: Redaksi