Teh Liubao yang berkualitas tinggi dan kaya rasa kini telah mencapai pasar internasional di sepanjang Jalur Sutra Maritim abad ke-21.
Nanning, China (Xinhua/Indonesia Window) – Ratusan tahun silam, jalur air yang berliku menghantarkan teh Liubao dari pegunungan dalam Guangxi, China selatan, ke seluruh dunia. Saat ini, industri teh itu telah bangkit kembali. Teh Liubao yang berkualitas tinggi dan kaya rasa kini telah mencapai pasar internasional di sepanjang Jalur Sutra Maritim abad ke-21.
Teh Liubao, sejenis teh hitam China, memiliki ciri khas aroma yang kuat dan tahan lama, serta mempunyai khasiat medis. Teh ini memiliki sejarah lebih dari 1.500 tahun dan dinamai sesuai dengan nama daerah asalnya, yakni Liubao, yang terletak di Kota Wuzhou, Guangxi. Liubao, dengan pegunungan yang diselimuti kabut dan iklim yang mendukung, telah menjadi daerah ideal untuk penanaman teh selama berabad-abad.
Teh Liubao mulai populer di negara tersebut pada masa Dinasti Qing (1644-1911). Kemudian pada akhir Dinasti Qing, para pekerja China mulai berdatangan ke Asia Tenggara, membawa teh Liubao yang menyegarkan dan melegakan perut ke sejumlah negara seperti Singapura dan Malaysia.
Seorang pedagang teh berusia 70 tahun di Singapura mengatakan kepada Xinhua bahwa meminum teh Liubao telah menjadi tradisi keluarga. “Teh Liubao telah diwariskan secara turun-temurun di keluarga kami, dan merupakan minuman yang wajib tersedia di sebagian besar rumah tangga Tionghoa di Singapura,” ujarnya.
Hasilnya, penanaman dan perdagangan teh berkembang pesat di Liubao. “Hampir setiap keluarga menanam teh pada saat itu. Ketika musim panen, seluruh keluarga akan memetik teh,” ujar Jiang Yongchun, seorang pedagang teh dari Liubao yang berusia 70-an tahun. “Pada puncaknya di tahun 1930-an dan 1940-an, terdapat 20 hingga 30 toko teh di kota ini,” kata Jiang.
Mengangkut teh dari Liubao yang dikelilingi pegunungan merupakan tantangan besar bagi para pedagang. Menurut sebuah artikel yang ditulis pada 1951, teh diangkut dari pelabuhan Heikou di Liubao dengan kapal-kapal kecil ke Libu, lalu dipindahkan ke kapal kayu besar menuju wilayah Fengkai di Provinsi Guangdong, kemudian diangkut dengan kapal bertenaga listrik ke Kota Guangzhou untuk diekspor.”
Rute dari Liubao ke Libu sangat sempit dan terjal, menyebabkan banyak awak perahu terluka sepanjang perjalanan. Chen Bofen, seorang mantan pengayuh rakit dari Liubao, mengenang, “Kami harus sangat berhati-hati dengan ketinggian dan arus air saat mengarungi perairan. Jika Anda tidak berhati-hati, tulang Anda bisa patah.”
Setelah berdirinya Republik Rakyat China, arus pekerja China menuju Asia Tenggara berhenti. Namun, teh Liubao telah mengakar di banyak negara Asia Tenggara.
Data menunjukkan bahwa produksi teh Liubao di Wuzhou meningkat dari 17.000 ton pada 2019 menjadi 35.000 ton pada 2023. Sementara itu, nilai output langsungnya tumbuh dari 2,5 miliar yuan pada 2019 menjadi 5,5 miliar yuan pada 2023. Dengan berkembangnya industri teh, semakin banyak perusahaan teh di Wuzhou yang juga melirik pasar internasional.
Liubao, yang dulunya hanya terhubung dengan dunia luar melalui jalur air, kini telah memiliki jalan beraspal yang menjangkau setiap desa. Dari ‘Jalur Perahu Teh’ kuno hingga Jalur Sutra Maritim abad ke-21, rute perdagangan antara China dan negara-negara lain telah berkembang pesat. Teh Liubao Wuzhou tidak hanya kembali ke pasar Asia Tenggara, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia melalui jaringan sistem transportasi darat, laut, dan udara yang komprehensif.
“Minum teh dan menyimpan teh telah menjadi tren di Malaysia, dan teh Liubao semakin diminati banyak pelanggan,” ujar Liew Choon Kong, Direktur Kong Wooi Fong Tea Merchants Sdn Bhd di Malaysia. Liew mengatakan bahwa perusahaannya mengimpor lebih dari 100 ton teh Liubao setiap tahunnya dari Wuzhou. “Dulu, dibutuhkan waktu beberapa pekan dari proses pemesanan hingga teh diterima. Sekarang, dengan pengiriman langsung dari Guangzhou ke pelabuhan Klang, seluruh prosesnya dipersingkat menjadi satu pekan.”
Pemerintah setempat telah aktif mendukung promosi global teh Liubao. Mereka mengorganisir perusahaan-perusahaan teh lokal untuk mengunjungi berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, dan negara-negara Timur Tengah.
“Teh dari China benar-benar ajaib. Setiap daunnya menceritakan sebuah kisah,” ujar seorang pengusaha Dubai setelah mencicipi teh Liubao. Kata-katanya sangat menyentuh hati Wu Yan, seorang pedagang teh di Wuzhou. Dia berkata, “Penerimaan teh Liubao dan budaya teh China di Dubai sungguh di luar dugaan saya.” Selama perjalanannya ke Dubai, Wu Yan menandatangani pesanan pertama perusahaannya untuk teh Liubao ke kota tersebut.
Zhang Junwei, Manajer Umum China Tea (Wuzhou) Co., Ltd., mengatakan bahwa teh Liubao perusahaan itu telah diekspor ke berbagai negara, termasuk Malaysia, Singapura, Indonesia, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia.
*1 yuan = 2.192 rupiah
Laporan: Redaksi