Save the Children melaporkan lebih dari 2,8 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) menghadapi kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan, seiring konflik terus berlanjut di Sudan.
Port Sudan, Sudan (Xinhua/Indonesia Window) – Lebih dari 15 juta anak di Sudan putus sekolah akibat konflik yang sedang berlangsung di negara itu, demikian disampaikan Dewan Kesejahteraan Anak Nasional (National Council for Child Welfare/NCCW) Sudan pada Selasa (12/11).
“Lebih dari 15 juta anak putus sekolah,” kata Abdul Qadir Abdullah Abu, sekretaris jenderal dewan tersebut, dalam konferensi pers di Port Sudan, ibu kota Negara Bagian Laut Merah.
Abu menuding Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) telah melakukan pelanggaran sistematis terhadap anak-anak, menyatakan “milisi” tersebut telah menculik lebih dari 2.500 anak. Dia menambahkan bahwa hampir 3.000 anak telah tewas selama mengungsi, dan RSF telah merekrut lebih dari 8.000 anak untuk ikut terlibat dalam pertempuran.
Lebih lanjut dikatakan Abu bahwa anak-anak adalah kelompok yang “paling rentan” dan membutuhkan mekanisme perlindungan.
Pada 30 Oktober, organisasi nirlaba Save the Children melaporkan lebih dari 2,8 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) menghadapi kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan, seiring konflik terus berlanjut di Sudan. Menurut laporan tersebut, anak-anak mencakup lebih dari separuh dari total 11 juta pengungsi di negara itu, dengan banyak di antaranya tinggal di kamp, permukiman informal, sekolah yang kelebihan kapasitas, atau bangunan-bangunan publik.
Sudan telah terjebak dalam konflik antara Angkatan Bersenjata Sudan dan RSF sejak pertengahan April 2023. Hingga 14 Oktober, lebih dari 24.850 orang telah tewas, menurut Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (Armed Conflict Location and Event Data Project). Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration/IOM) memperkirakan bahwa per 29 Oktober, lebih dari 14 juta orang mengungsi di dalam maupun di luar Sudan.
Laporan: Redaksi