Banner

Pejabat dan cendekiawan sumber daya energi China dan Indonesia soroti potensi kerja sama kedua negara

Foto yang diabadikan menggunakan ‘drone’ pada 24 Januari 2024 ini menunjukkan deretan turbin angin di sebuah proyek pembangkit listrik tenaga bayu di wilayah Wanrong, Provinsi Shanxi, China utara. (Xinhua)

Kawasan industri rendah karbon di Provinsi Shanxi, provinsi utama penghasil batu bara di China, menjadi percontohan reformasi komprehensif untuk revolusi energi.

 

Taiyuan, China (Xinhua/Indonesia Window) – Putra Adhiguna, yang menjabat sebagai direktur pelaksana (managing director) Indonesia Energy Shift Institute, tidak dapat melupakan kunjungannya baru-baru ini ke Provinsi Shanxi, provinsi utama penghasil batu bara di China. Dia bersama sebuah tim, yang terdiri dari pejabat pemerintah, pengusaha, dan pakar dari Indonesia, mengunjungi berbagai perusahaan energi dan kawasan industri rendah karbon di provinsi yang terletak di China utara tersebut untuk melihat dari dekat jalur transformasi daerah yang kaya batu bara itu.

“China dan Indonesia sama-sama merupakan negara berkembang di Global South. Pengalaman dan sinyal dari transisi energi Provinsi Shanxi sangat penting bagi Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Sumatera Selatan,” kata Putra.

Dengan intensifikasi dan frekuensi peristiwa cuaca ekstrem, pengurangan penggunaan bahan bakar fosil untuk mengurangi perubahan iklim telah menjadi konsensus internasional. Pada akhir 2023, KTT Iklim COP28 berhasil mencapai kesepakatan bersejarah, termasuk komitmen pengurangan penggunaan bahan bakar fosil untuk pertama kalinya.

Provinsi Shanxi memproduksi sekitar 1,3 miliar ton batu bara setiap tahunnya. Untuk mendorong pengendalian yang ketat dan pengurangan konsumsi batu bara secara bertahap di Shanxi, China telah menetapkan provinsi itu sebagai ‘percontohan reformasi komprehensif untuk revolusi energi’. Provinsi ini secara ambisius bertujuan untuk mencapai kapasitas terpasang dari energi terbarukan pada 2025 dan 2030 masing-masing sebesar 50 persen dan 60 persen.

Banner

Hingga paruh pertama (H1) tahun ini, proporsi kapasitas terpasang dari energi baru dan energi bersih di Provinsi Shanxi mencapai 47,2 persen dari total kapasitas listrik terpasang di Provinsi Shanxi, menjadikannya sebuah basis penting untuk mengekspor listrik ramah lingkungan di China. Setelah bertahun-tahun melakukan praktik transformasi, pengalaman Shanxi menarik perhatian dan minat belajar dari kawasan maupun negara lain yang bergantung pada batu bara, termasuk Indonesia.

Dalam kunjungannya ke Shanxi, Putra bersama timnya mengunjungi beberapa perusahaan lokal dan lokasi proyek untuk mendapatkan wawasan tentang berbagai praktik transformasi, termasuk kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV), fotovoltaik terdistribusi, dan bangunan-bangunan nol karbon.

Putra menyaksikan tekad kuat China dalam penghapusan penggunaan batu bara secara bertahap dan pengalihan ke energi alternatif. Dia percaya bahwa Indonesia juga akan mencapai titik balik dalam transformasinya dan tidak memiliki pilihan lain. “Di Shanxi, kami melihat pemanfaatan industri (batu bara) yang sudah ada sebagai batu loncatan untuk transformasi hijau. Kami juga melihat semangat inovatif dari banyak perusahaan swasta di China. China tidak hanya memandang transformasi sebagai tantangan, tetapi juga sebagai peluang. Hal ini memberi kami banyak inspirasi,” ujar Putra.

Hendriansyah Supawi Main, selaku kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Selatan, berkata, “Ada potensi besar untuk kerja sama antara perusahaan-perusahaan di Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Shanxi. Provinsi kami memiliki sumber daya energi panas bumi yang melimpah, dan pada saat yang sama, ada kebutuhan untuk mengembangkan sumber daya silikon monokristalin dengan kemurnian tinggi. Kami berharap dapat memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Shanxi di masa depan.”

Kawasan industri rendah karbon
Foto tak bertanggal ini menunjukkan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Selatan Hendriansyah Supawi Main sedang mengikuti sebuah rapat dengan rekan-rekan sejawatnya di Provinsi Shanxi, China utara. (Xinhua)

Setelah kunjungan tersebut, lembaga-lembaga penelitian di Shanxi menandatangani sebuah nota kerja sama (memorandum of cooperation) dengan lembaga-lembaga penelitian dari Indonesia dan mendirikan Cabang Penelitian Asia Tenggara. Cabang ini mengundang 12 pejabat energi pemerintah Indonesia dan pakar energi Indonesia untuk menjadi kelompok pakar dan peneliti pertama, yang membentuk mekanisme dialog dan kerja sama antara Provinsi Shanxi, sebuah provinsi utama penghasil batu bara di China, dengan Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sumatera Selatan, serta lembaga-lembaga penelitian lainnya di Indonesia.

“China merupakan penghasil sekaligus konsumen batu bara tersebesar di dunia, dan Indonesia adalah negara dengan populasi terpadat keempat di dunia sekaligus perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Penguatan kerja sama antara China dan Indonesia di sektor energi batu bara tradisional dan sumber daya energi terbarukan, seperti energi surya, energi angin, dan energi panas bumi, sangatlah penting serta menawarkan pengalaman yang berharga bagi kedua belah pihak,” ujar Cheng Zhang, yang menjabat sebagai chairman Shanxi Carbon-Peak-Carbon-Neutral Energy Revolution Research Institute.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan