Ancaman terorisme membayangi Olimpiade Musim Panas 2024 yang digelar di Paris, Prancis, dengan sekitar 35.000 petugas kepolisian dan gendarme dikerahkan setiap hari untuk mengawal penyelenggaraan ajang olahraga dunia tersebut.
Paris/Berlin, Prancis/Jerman (Xinhua/Indonesia Window) – Di saat jutaan pengunjung memadati Paris untuk menyaksikan Olimpiade Musim Panas yang resmi dibuka pada Jumat (26/7), kota tersebut menerapkan siaga tinggi untuk mengantisipasi serangan teroris, dengan puluhan ribu tentara bersenjata berpatroli di sepanjang Sungai Seine.
“Dari semua acara yang ada, Olimpiade adalah yang paling memiliki tekanan,” kata Christophe Dubi, seorang eksekutif Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC).
Menurut laporan media Prancis, sekitar 35.000 petugas kepolisian dan gendarme dikerahkan setiap hari untuk mengawal penyelenggaraan Olimpiade. Jumlah ini ditingkatkan menjadi 45.000 pada upacara pembukaan, bersama dengan 18.000 tentara.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengumumkan bahwa satu juta investigasi administratif akan dilakukan terhadap individu-individu yang berhubungan dengan Olimpiade, termasuk karyawan perusahaan keamanan dan sukarelawan.
Ancaman ini tidak hanya terjadi di Paris, dengan banyaknya wilayah di Eropa yang juga bersiap untuk menghadapi potensi serangan teroris selama ajang olahraga terbesar di dunia tersebut. Ancaman ini dianggap sangat tinggi menyusul serangan mematikan di sebuah gedung konser di Moskow pada akhir Maret lalu. Insiden teroris terburuk di Rusia dalam beberapa tahun terakhir ini menewaskan 145 orang dan melukai 500 lebih lainnya.
Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Moskow. Sementara itu, Islamic State Khorasan Province (ISIS-K), sebuah cabang regional ISIS di Afghanistan, menyerukan kekerasan lebih lanjut di Rusia dan Eropa, dengan penekanan pada acara-acara olahraga.
Sebuah laporan 2023 dari Dinas Keamanan Negara Belgia memperingatkan bahwa Olimpiade dapat menjadi target potensial untuk serangan teroris. Oleh karena itu, badan-badan intelijen dari beberapa negara Eropa mengirim naradamping (liaison officer) ke Paris.
Pada Kamis (25/7), Darmanin mengatakan Prancis telah menerima bala bantuan sebanyak 1.750 petugas polisi, gendarme, dan petugas keamanan sipil dari 44 negara guna mendukung pasukan keamanan internal Prancis.
Di Belgia, tiga dari tujuh orang yang ditangkap pada Kamis dalam operasi antiteroris pada Jumat didakwa dengan tuduhan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teroris dan mempersiapkan serangan teroris, menurut jaksa federal. Kantor berita Prancis, AFP, mengatakan bahwa mereka dicurigai terlibat dengan ISIS-K.
Dengan alasan meningkatnya risiko keamanan, pemerintah Belanda menaikkan tingkat peringatan perjalanan untuk Prancis dari hijau menjadi kuning. Pemerintah Belanda menyerukan kewaspadaan yang lebih tinggi bagi warga negara Belanda, terutama mereka yang menghadiri ajang Olimpiade.
Sejak Juni, Belanda meningkatkan level ancaman terorisme menjadi empat dari lima, yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadinya serangan teror.
Menurut survei Eurobarometer terbaru yang diterbitkan pada Jumat, hampir dua pertiga warga Uni Eropa (UE) merasa khawatir tentang keamanan di blok tersebut.
Sekitar 47 persen warga UE yang disurvei mengatakan bahwa mereka “cukup khawatir” tentang keamanan blok tersebut selama lima tahun ke depan, sementara 17 persen lainnya mengatakan “sangat khawatir”.
Sepanjang sejarahnya, Olimpiade telah beberapa kali menjadi sasaran terorisme. Pada Olimpiade Munich 1972, kelompok teroris Palestina menewaskan 11 atlet dan pelatih Israel setelah menyandera mereka di Kampung Olimpiade. Pada Olimpiade Atlanta 1996, ledakan bom pipa menewaskan satu orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya.
Laporan: Redaksi