Banner

Pemilu dorong ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 persen pada Q1 2024

Foto tak bertanggal ini memperlihatkan keramaian warga di sekitar Senayan Park di Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (Xinhua/Xu Qin)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun ini terutama didorong oleh faktor-faktor yang bersifat satu kali atau tidak terulang lagi pada periode selanjutnya, seperti Pemilu, bulan suci Ramadhan, serta percepatan penyaluran bantuan sosial ke masyarakat.

 

Jakarta (Xinhua) – Ekonomi Indonesia pada kuartal pertama (Q1) 2024 tumbuh 5,11 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dan momentum tahunan Ramadan yang meningkatkan belanja pemerintah dan lembaga-lembaga nirlaba.

Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama 2024 (yoy) tercatat lebih tinggi dibandingkan dua kuartal sebelumnya. Realisasi tersebut juga menjadi pertumbuhan Q1 tertinggi dalam 10 tahun terakhir, menurut pernyataan Badan Pusat Statistik (BPS).

BPS menyebut pertumbuhan ekonomi yang kuat pada awal tahun ini ditopang oleh aktivitas ekonomi domestik saat faktor pendorong eksternal yakni ekspor justru melemah. Dua komponen utama dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yakni konsumsi dan investasi masih tumbuh cukup solid, yang masing-masing tercatat 4,9 persen dan 3,8 persen, sementara ekspor nyaris stagnan di tengah penurunan harga komoditas.

Di sisi lain, belanja pemerintah dan konsumsi lembaga-lembaga nirlaba, yang menyumbang kurang dari 10 persen, mencatatkan pertumbuhan signifikan hingga dua digit pada awal tahun ini seiring penyelenggaraan Pemilu dan momentum Ramadhan.

Banner
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Para pemudik tiba di Stasiun Kereta Pasar Senen di Jakarta, setelah pulang ke kampung halaman mereka selama liburan Idul Fitri, pada 14 April 2024. (Xinhua/Agung Kuncahya B.)

Ekonom dari Bank Danamon, Irman Faiz, menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun ini terutama didorong oleh faktor-faktor yang bersifat satu kali atau tidak terulang lagi pada periode selanjutnya, seperti Pemilu, bulan suci Ramadhan, serta percepatan penyaluran bantuan sosial ke masyarakat.

“Pertumbuhan domestik ke depan kemungkinan menghadapi tantangan terkait lingkungan tingginya suku bunga yang akan bertahan lama, yang dapat melemahkan permintaan global dan domestik,” ujar Irman dalam pernyataannya pada Senin (6/5).

Mengantisipasi tantangan tersebut, dia memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,9 persen pada kuartal kedua (Q2) tahun ini dan naik 5 persen untuk 2024 secara keseluruhan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan