Oleh Mohammad Anthoni
Pemulihan ekonomi adalah bagian awal dari ekspansi, di mana perekonomian memperoleh kekuatannya kembali untuk tumbuh pascaresesi.
Jakarta (Indonesia Window) – Setelah lebih dari tiga tahun pandemi Covid-19 melanda umat manusia, negara-negara di Asia Tenggara telah melakukan perubahan positif dan secara proaktif bangkit untuk melakukan pemulihan ekonomi.
Istilah pemulihan ekonomi (economic recovery) yang sering digunakan oleh negara-negara dalam forum bilateral dan multilateral di dunia pada umumnya dan kawasan tersebut pada khususnya merujuk kepada keadaan ekonomi dalam pola konjungtur.
Keadaan tersebut ditandai oleh mulai meningkatnya kembali produksi dan konsumsi, pertambahan kesempatan kerja, jumlah uang beredar dan peningkatan permintaan kredit.
Dengan kata lain, pemulihan ekonomi adalah bagian awal dari ekspansi, di mana perekonomian memperoleh kekuatannya kembali untuk tumbuh pascaresesi.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda-tanda penguatan, terutama untuk barang tahan lama. Ini kemudian mendorong bisnis mengintefsifkan produksi.
Di antara negara-negara tersebut, Vietnam dipandang sebagai anggota ASEAN yang telah membuat langkah besar dalam memerangi pandemik Covid-19 serta rekonstruksi dan konstruksi pemulihan ekonomi setelah masa pandemik.
Pemerintah Vietnam, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Pham Minh Chinh, telah menyerukan dukungan bulat dari rakyat negara tersebut dan dukungan dari teman-teman internasional untuk mengatasi tragedi pandemik.
Sejak akhir 2021, ketika periode puncak epidemi Covid-19 didefinisikan dengan jelas, para pemimpin Vietnam telah menguraikan strategi pemulihan ekonomi, mempromosikan kerja sama dan hubungan dengan para mitra.
Mengkonkretkan kebijakan tersebut, tim kepemimpinan Vietnam telah meningkatkan kunjungan bilateral ke negara-negara anggota ASEAN termasuk ke Indonesia akhir tahun lalu dengan keinginan mendiskusikan dan menemukan solusi untuk pemulihan ekonomi, investasi yang efektif, dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam konteks situasi politik dan ekonomi di kawasan yang menghadapi banyak kesulitan seperti konflik agama, inflasi ekonomi dan bencana alam termasuk banjir, Vietnam diibaratkan sebagai “burung layang-layang di musim semi”.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan sebesar 8,02 persen, tertinggi dalam 12 tahun terakhir, menjadi inspirasi dinamika pembangunan bagi negara-negara di kawasan.
Dalam perjalanan hubungan dan pembangunan bersama, Perdana Menteri Pham Minh Chinh akan melakukan perjalanan khusus ke Singapura dan Bruei pada 8-11 Februari 2023.
Kunjungan ini merupakan pesan yang jelas tentang keinginan untuk bekerja sama, mempromosikan kerja sama ekonomi, memperkuat kohesi politik dengan negara-negara ASEAN pada umumnya dan dengan Singapura serta Brunei pada khususnya guna membangun Komunitas ASEAN yang harmonis dan sejahtera.
Vietnam dan Singapura secara resmi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1973 dan meningkatkan hubungan tersebut menjadi Kemitraan Strategis pada 2013.
Tahun 2023, merupakan tonggak penting bagi kedua negara; hubungan dengan Peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan kedua negara dan Peringatan 10 tahun menjadi Kemitraan Strategis.
Singapura, negara dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang relative kecil, namun memiliki perekonomian maju terdepan di kawasan ini, merupakan salah satu pusat manufaktur dan keuangan dunia.
Singapura termasuk dalam kelompok negara dengan PDB per kapita tertinggi di dunia, dengan kekuatan di bidang industri, perdagangan, dan jasa.
Kerja sama ekonomi antara Vietnam dan Singapura dengan pencapaian baru-baru ini merupakan titik terang yang khas di Asia Tenggara.
Selama bertahun-tahun, Singapura selalu menjadi salah satu investor utama di Vietnam dan saat ini merupakan investor terbesar Vietnam di Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN); peringkat ke-2 dari 140 negara dan wilayah yang berinvestasi di Vietnam.
Pada Februari 2022, Singapura memiliki 2.860 proyek investasi yang valid di Vietnam dengan total modal terdaftar sebesar 66 miliar dolar AS, fokus pada bidang industri pengolahan, manufaktur, bisnis real estat, produksi dan distribusi listrik, gas, air, dan pendingin udara.
Vietnam juga memiliki 118 proyek investasi di Singapura, dengan total modal terdaftar sebesar 498 juta dolar AS, dengan fokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi, grosir dan eceran; perbaikan mobil, sepeda motor, informasi dan komunikasi; industri manufaktur dan pengolahan; kegiatan administrasi dan layanan untuk mendukung kegiatan bisnis real estat.
Vietnam-Singapore Industrial Parks (VSIP) merupakan simbol kerja sama ekonomi antara kedua negara, yang memberikan kontribusi penting bagi pemulihan dan pembangunan sosial ekonomi Vietnam.
Secara akumulasi hingga akhir tahun 2021, kawasan industri di seluruh negeri telah menarik 588 proyek produksi dan bisnis investor Singapura dengan total modal investasi terdaftar sekitar 19,3 miliar dolar AS.
Kawasan industri yang diinvestasikan oleh investor Singapura semuanya telah beroperasi, dengan tingkat hunian yang relatif tinggi, menarik hampir 1.000 proyek, di mana lebih dari 80 persen di antaranya merupakan proyek investasi asing, menciptakan lapangan kerja bagi hampir 300.000 pekerja langsung.
Selain kerja sama bilateral, Vietnam dan Singapura juga berkoordinasi erat dan secara aktif mendukung satu sama lain di organisasi dan forum regional dan internasional antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
Kedua belah pihak menegaskan tekad mereka untuk secara aktif berkontribusi dalam membangun Komunitas ASEAN yang kuat dan bersatu, mempromosikan peran sentral dan suara bersama Asosiasi dalam isu-isu regional dan internasional.
Sebagai anggota Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), Vietnam dan Singapura berusaha untuk memanfaatkan secara efektif manfaat yang dibawa oleh perjanjian perdagangan bebas generasi baru, berkontribusi untuk mendukung sistem perdagangan multilateral dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi wilayah pasca-pandemi.
Dengan Brunei sebagai negara Muslim, hubungannya telah membuat kemajuan positif dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Maret 2019, hubungan antara kedua negara ditingkatkan ke kemitraan komprehensif, yang merupakan tonggak penting dalam menciptakan landasan untuk pengembangan hubungan antara Vietnam dan Brunei yang lebih luas di berbagai bidang.
Kerja sama ekonomi antara Vietnam dan Brunei telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Perdagangan antara kedua negara telah melampaui target 500 juta dolar AS per tahun, lebih cepat dari jadwal (2025).
Kerja sama di bidang penting lainnya seperti pertahanan dan keamanan nasional, pertanian, minyak dan gas, pendidikan, pertukaran antar masyarakat, telah membuat banyak perkembangan positif dan membawa manfaat praktis bagi kedua belah pihak.
Vietnam dan Brunei sepakat mempromosikan pengembangan awal program aksi untuk mengimplementasikan kemitraan komprehensif selama periode 2023-2027.
Kedua negara juga terus secara aktif mengimplementasikan perjanjian yang telah ditandatangani, perpanjangan nota kesepahaman di bidang pertanian dan perikanan, berkoordinasi untuk menanggapi tantangan keamanan tradisional dan non-tradisional, termasuk memerangi kejahatan terorganisir transnasional serta kejahatan dunia maya.
Selain itu, kedua negara masih memiliki banyak potensi untuk mempromosikan kerja sama di bidang pendidikan, meningkatkan pertukaran orang ke orang melalui pertukaran olahraga, budaya, pemuda dan perempuan antara kedua negara.
Dalam kerangka ASEAN, Vietnam dan Brunei mendiversifikasi produk pariwisata dan mendorong maskapai penerbangan untuk mempelajari dan membuka lebih banyak rute komersial antara kedua negara dalam rangka memfasilitasi hubungan ekonomi, budaya, dan pariwisata, serta mendorong kerja sama universitas dan pertukaran pelajar.
Dalam forum multilateral, Vietnam dan Brunei telah berkoordinasi secara erat dan efektif di forum regional dan internasional, terutama di ASEAN dan PBB, yang berkontribusi dalam memperkuat solidaritas dan peran sentral ASEAN serta menjaga perdamaian dan stabilitas serta mempromosikan kerja sama dan pembangunan di kawasan dan dunia.
Kedua pihak berbagi pandangan dan sepakat untuk terus bekerja sama secara erat, mempromosikan prinsip-prinsip dan posisi bersama ASEAN dalam hubungan dengan mitra, serta dalam isu-isu Myanmar dan Laut China Selatan, mendorong implementasi DOC (declaration of conduct) dan berkoordinasi secara erat dalam merundingkan COC (code of conduct) yang efektif dan efisien sesuai dengan hukum internasional dan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982.
Laporan: Redaksi
*Mohammad Anthoni pengamat Hubungan Internasional