Produksi panel surya besar meningkat menyusul jatuhnya harga material selama lebih dari setahun ini, sehingga dapat membantu negara-negara mengurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil dan berpotensi menurunkan harga listrik.
Jakarta (Indonesia Window) – Beberapa produsen panel surya besar saat ini sedang meningkatkan produksi untuk menggenjot energi bersih, menyusul jatuhnya harga material yang terjadi terus menerus selama lebih dari setahun.
Tiga produsen modul China terkemuka meningkatkan perkiraan output Januari, menurut Shanghai Metals Market, yang tidak mengidentifikasi sumbernya. Sementara permintaan jangka pendek yang menjanjikan adalah faktor lain yang mendorong peningkatan output.
JA Solar Technology Co. memiliki harapan yang lebih positif untuk pasar tenaga surya pada kuartal ini dibandingkan sebelumnya, kata perusahaan tersebut dalam pesan WeChat, meski tidak menyebutkan apakah akan meningkatkan produksi. Pesaing utama Longi Green Energy Technology Co. dan Jinko Solar Co., tidak segera menanggapi permintaan komentar. Asosiasi Industri Fotovoltaik China menolak berkomentar.
Dunia berlomba melawan perubahan iklim, tetapi mengakses panel surya telah menjadi tantangan di beberapa pasar termasuk Amerika Serikat (AS). Lonjakan panel dengan harga murah akan membantu negara-negara mengurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil dan berpotensi menurunkan harga listrik.
Permintaan panel tenaga surya telah meningkat selama beberapa tahun, tetapi sejumlah pabrikan lumpuh pada tahun 2021 dan 2022 oleh peningkatan biaya material yang langka untuk polysilicon — bahan utama untuk sebagian besar panel.
Tapi masalah itu dengan cepat memudar. Beberapa pabrik polysilicon baru beroperasi pada akhir tahun lalu, dan biaya material telah turun lebih dari sepertiga sejak pertengahan November 2022, menurut BloombergNEF. Harga wafer – kotak polisilikon ultra tipis yang disatukan untuk membuat panel – telah turun lebih tajam.
Biaya wafer turun sebanyak 21 persen pekan lalu, dengan beberapa produsen memangkas aktivitas hingga serendah 55 persen karena profitabilitas mereka terancam, kata Asosiasi Industri Silikon China dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (5/1) pekan lalu.
Harga polysilicon anjlok ke level 145 yuan (21,10 dolar AS) per kilogram pekan tersebut, dari level tertinggi tahun lalu sebesar 306 yuan, kata asosiasi tersebut dalam pernyataan terpisah pada Rabu (4/1).
*1 yuan = 2.281 rupiah
**1 dolar AS = 15.433 rupiah
Sumber: Bloomberg
Laporan: Redaksi