Kasus COVID-19 pada anak di Amerika Serikat tercatat sekitar 41.000 selama pekan yang berakhir pada 8 Desember, meningkat sekitar 50 persen dari rata-rata kasus pekanan dalam delapan pekan sebelumnya.
Los Angeles, AS (Xinhua) – Sekitar 41.000 kasus COVID-19 pada anak dilaporkan di Amerika Serikat (AS) selama pekan yang berakhir pada 8 Desember, meningkat sekitar 50 persen dari rata-rata kasus pekanan dalam delapan pekan sebelumnya, demikian menurut laporan terbaru oleh Akademi Pediatri Amerika (American Academy of Pediatrics/AAP) dan Asosiasi Rumah Sakit Anak (Children’s Hospital Association).
Sejak awal pandemik, hampir 15,1 juta anak di negara itu dilaporkan teruji positif COVID-19.
Sekitar 127.000 dari total kasus itu dilaporkan selama empat pekan terakhir, menurut laporan tersebut.
Kasus COVID-19 yang telah dilaporkan tersebut kemungkinan merupakan “penghitungan yang jauh lebih rendah dari jumlah sebenarnya” dari total kasus COVID-19 di kalangan anak, ungkap laporan itu.
Terdapat kebutuhan mendesak untuk mengumpulkan data yang lebih spesifik dari segi usia untuk menilai tingkat keparahan penyakit yang berkaitan dengan varian-varian baru COVID-19 serta potensi dampak jangka panjang, urai laporan itu.
Penting untuk mengetahui dampak langsung dari pandemik terhadap kesehatan anak-anak, tetapi yang terpenting adalah kita perlu mengidentifikasi dan mengatasi dampak jangka panjang terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial dari generasi anak-anak dan remaja ini, kata AAP.
Status darurat
Meski demikian, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/12) mengatakan bahwa dirinya berharap COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global pada 2023.
Dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa Komite Darurat COVID-19 WHO pada bulan depan akan membahas kriteria untuk menyatakan berakhirnya status darurat COVID-19.
“Kami berharap suatu saat di tahun depan, kami dapat menyatakan bahwa COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global,” ujarnya.
Namun, dia menambahkan bahwa virus SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan pandemik COVID-19, tidak akan hilang.
“Itu (virus SARS-CoV-2) akan tetap ada, dan semua negara perlu belajar menanganinya bersama dengan penyakit pernapasan lainnya seperti influenza dan RSV (respiratory syncytial virus), yang keduanya saat ini menyebar secara intensif di banyak negara,” katanya.
Laporan: Redaksi