Banner

PLTU berteknologi USC terbesar di Indonesia berkapasitas 20.000 MW

Ilustrasi menara transmisi listrik. (Photo by Matthew Henry on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Pasokan listrik di wilayah Jawa dan Bali dipastikan terjamin dengan beroperasinya secara komersial (Commercial On Date/COD) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7 Unit 1 pada pekan lalu.

Pembangkit berbahan bakar batubara tersebut merupakan PLTU terbesar di Indonesia dengan total kapasitas sebesar 2 x 1.000 megawatt (MW) dari dua unit, demikian siaran pers dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diterima di Jakarta, Senin.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menerangkan PLTU yang berlokasi di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang, Provinsi Banten tersebut merupakan PLTU batubara pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi boiler Ultra Super Critical (USC).

“Teknologi USC diproyeksikan mampu meningkatkan efisiensi pembangkit sebesar 15 persen lebih tinggi dibandingkan non USC sehingga menurunkan biaya bahan bakar per kWh. Ini sekaligus sebagai mitigasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca,” jelas Agung.

PLTU USC beroperasi di atas tekanan kritis sebesar 3.200 psi atau 22 MPa. Sebagai perbandingan, Titik Kritis air adalah 3.208 psia pada suhu 705 derajat Fahrenheit. Ini adalah titik di mana uap dan cairan tidak dapat dibedakan.

Banner

Menurut Agung, kelebihan PLTU Jawa 7 adalah penggunaan SWFGD (Sea Water Fuel Gas Desulfurization). Sistem ini ramah lingkungan karena penyaluran batu bara dari tongkang menggunakan coal handling plant sepanjang empat kilometer sehingga tidak ada batubara yang tercecer hingga tiba di coal yard.

PLTU tersebut memakai bahan bakar batu bara Low Rank (kadar rendah) yang memiliki nilai kalor 4.000 hingga 4.600 kCal/kg. Nantinya, pengoperasian PLTU Jawa 7 akan membutuhkan pasokan batubara sebanyak 7 juta ton per tahun dengan beroperasinya dua unit.

Agung menjelaskan daya pembangkit PLTU Jawa 7 akan disalurkan untuk memperkuat sistem interkoneksi Jawa-Bali melalui jaringan Suralaya-Balaraja 500 kV menuju interkoneksi Jawa-Bali.

“Ini bisa menopang beban puncak sistem Jawa-Bali yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun ini sekitar 28.000 megawatt, meningkat dari tahun sebelumnya 27.000 megawatt,” jelas dia.

Pemerintah terus mendorong tambahan pembangkit listrik guna mempercepat program 35.000 MW.

“Kami targetkan unit 2 dengan kapasitas sama (PLTU Jawa 7) beroperasi pada 2020 sehingga bisa menumbuhkan kegiatan ekonomi,” ujar Agung.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan