Jakarta (Indonesia Window) – Tidak menyerah oleh penolakan Eropa terhadap minyak kelapa sawit, Indonesia justru semakin menguatkan komitmen untuk memanfaatkan komoditas tersebut dalam bauran energi bersih.
Beberapa negara tampaknya mengikuti jejak Indonesia untuk memanfaatkan biodiesel sebagai energi bersih
Malaysia, misalnya, saat ini pada tahap menerapkan B20, demikian halnya Vietnam, Thailand dan Kolombia.
“Kolombia sekarang sedang giat menanam sawit,” jelas Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian pada Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdalifah Machmud, pada diskusi berjudul “Diskriminasi Kelapa Sawit, B30 Siap Meluncur” di Jakarta pada Senin (9/12).
Dengan semakin banyak negara mulai menggunakan biodiesel Musdalifah optimistis bahwa masa depan kelapa sawit Indonesia cukup cerah.
Saat ini Indonesia merupakan negara terbesar penghasil kelapa sawit dengan produksi sekitar 45 juta ton per tahun, sekaligus sebagai pengekspor terbesar.
“Negeri kita sangat cocok untuk menanam sawit. Banyak petani tertolong hidupnya karena sawit,” kata Musdalifah, seraya menambahkan bahwa semua kebun sawit di tanah air dikelola dengan prinsip ramah lingkungan.
“Kampanye sawit sebagai sebab deforestasi di dunia tidak benar karena lahan sawit terhitung kecil, hanya sekitar 0,3 persen dari deforestasi dunia yang mencapai 700 juta hektar. Selain itu, 49 persen lahan sawit di Indonesia merupakan milik masyarakat. Ini usaha yang sangat menguntungkan masyarakat,” jelasnya.
Penggunaan B20 telah menggantikan impor minyak diesel sebesar 3,5 juta kiloliter.
“Saat kita mengimplentasikan B30 yang membutuhkan sawit sedikitnya 6 juta ton. Dengan demikian hal ini akan menumbuhkan usaha sawit yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar, sekitar 8,5 juta orang untuk tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung,” jelasnya.
Laporan: Redaksi