Jakarta (Indonesia Window) – PT PLN (Persero) menghabiskan 2,7 juta kiloliter bahan bakar minyak (BBM) atau setara 16 triliun rupiah untuk menyalakan 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di 2.130 lokasi yang kebanyakan berada di daerah terpencil dan terisolasi.
Hal itu disampaikan Direktur Mega Proyek PLN Wiluyo Kusdwiharto dalam diskusi bertajuk ‘Renewable Technology as Driver for Indonesia’s De-Dieselization’ di Jakarta, Rabu.
PLN menargetkan pengurangan pembangkit listrik diesel secara bertahap untuk mengurangi konsumsi BBM dan meningkatkan target bauran energi baru dan terbarukan di Indonesia.
Melalui program dedieselisasi, perseroan merencanakan akan mengonversi pembangkit listrik diesel dalam tiga skema, yakni konversi PLTD menjadi energi baru dan terbarukan, konversi PLTD menjadi gas, dan konversi PLTD menjadi interkoneksi ke dalam jaringan PLN.
Program konversi PLTD ke energi baru dan terbarukan atau hybrid ini mempunyai dua skema, yaitu PLTD akan dikonversi menjadi hybrid antara PLTD-PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) dan baterai,” jelas Wiluyo.
Dia menambahkan, konversi PLTD ke energi baru dan terbarukan dilakukan terutama di daerah-daerah terpencil dan tidak memiliki sumber energi alternatif lainnya, seperti tenaga air.
Pada tahap pertama, PLN merencanakan mengkonversi sekitar 212 megawatt PLTD di 183 lokasi hybrid dengan PLTS dan battery energy storage system (BESS).
“Kami berharap program konversi PLTD dengan total 499 megawatt ini ke energi baru dan terbarukan akan dapat menurunkan pemakaian BBM sebesar 67.000 kiloliter, menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 0,3 ton, serta meningkatkan bauran energi sebesar 0,15 persen,” ujar Wiluyo.
Laporan: Redaksi