Jakarta (Indonesia Window) – Pameran seni kontemporer Biennale Jogja 2019 ke-15 yang digelar di Yogyakarta mulai 20 Oktober hingga 30 November secara khusus mengundang lima seniman Taiwan untuk memamerkan karya mereka.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Yayasan Yogyakarta Biennale Alia Swastika, berkunjung keTaiwan guna meneliti karya seniman Taiwan yang dapat diikutkan dalam acara tersebut sesuai perspektif Indonesia, demikian keterangan dari Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO) yang diterima di Jakarta, Ahad.
Karya-karya seniman Taiwan ikut dalam pameran tersebut bertema The Library of Possible Encounters atau “Pustaka Perjumpaan Yang Mungkin Terjadi”.
Isi tema tersebut sangat beragam. Para seniman akan pergi ke pabrik di Yogyakarta untuk melakukan pencetakan nama logo benda seni, atau menggunakan benda sehari hari untuk dijadikan seni instalasi.
Mereka juga menggunakan film dalam menceritakan sejarah imigrasi orang Kim Men ke Indonesia dan membuat kisah pekerja migran asing ke dalam sebuah film, serta menggunakan musik elektronik untuk mengintegrasikan feminism.
Karya seni yang bertujuan menguatkan Kebijakan Baru ke Arah Selatan dalam pertukaran budaya tersebut dipamerkan di Jogja Contemporary venue di Museum Nasional Yogyakarta, di Paviliun Taiwan (Bilik Taiwan).
Selain itu, Biennale Jogja memiliki Paviliun Timor Timur dan Paviliun Hong Kong sehingga menambah banyak peluang pertukaran budaya di dunia.
Partisipasi Taiwan dalam Biennal Jogja merupakan kerjasama dengan Yayasan Kebudayaan dan Seni Nasional Taiwan (The National Culture and Arts Foundation) dan Yayasan Biennale Yogyakarta.
Laporan: Redaksi