Penelitian: Vaksin ‘booster’ Sinovac tingkatkan antibodi 7 kali lipat

Ilustrasi. Vaksin Sinovac yang dijadikan booster (penguat), vaksin yang telah diberikan sebelumnya, dapat meningkatkan antibodi penetralisir yang signifikan. (Mufid Majnun on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Vaksin Sinovac yang dijadikan booster (penguat), vaksin yang telah diberikan sebelumnya, dapat meningkatkan antibodi penetralisir yang signifikan.

Studi terbaru Sinovac yang diumumkan pada Senin (9/8) menyebutkan bahwa vaksin booster CoronaVac buatan Sinovac China diberikan kepada lansia yang delapan bulan sebelumnya sudah mendapat dosis kedua.

Studi tersebut menjadi dasar ilmiah yang penting bagi pembuat kebijakan guna mengembangkan strategi dan rencana pemberian vaksin booster bagi para lansia, menurut laporan Global Times.

Penelitian yang dilakukan di China tersebut merupakan bagian dari uji klinis acak, double-blind, terkontrol plasebo, fase 1/2 yang melibatkan 303 peserta sehat berusia 60 tahun ke atas, dan hasilnya dirilis pada hari Ahad (8/8) di medRvix.

Sebelumnya, para ahli menjelaskan bahwa enam bulan setelah lansia mendapat dosis kedua vaksin Sinovac, kadar antibodi dalam tubuhnya menurun secara substansial.

Studi tersebut membagi tiga kelompok dengan masing-masing peserta mendapat dosis ketiga vaksin Sinovac sebanyak 1,5 mikrogram (μg), 3 μg, dan 6 μg.

Dosis ketiga ini diberikan delapan bulan setelah suntikan kedua. Hasilnya menunjukkan, di semua kelompok vaksin dosis 1,5 μg, 3 μg, dan 6 μg, tingkat antibodi meningkat secara signifikan pada hari ketujuh setelah mendapat suntikan ketiga.

Sementara itu, pada kelompok peserta yang menerima vaksin sebanyak 3μg, yang disetujui untuk penggunaan darurat, rata-rata geometrik titer (GMT) antibodi penetral serum meningkat menjadi 305 pada hari ketujuh setelah dosis ketiga.

Angka tersebut tujuh kali lipat lebih banyak dibandingkan kadar antibodi pada hari ke-28 setelah dosis kedua.

Selanjutnya, tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat antibodi penetralisir pada kelompok usia yang berbeda (60-64 tahun, 65-69 tahun, 70 tahun ke atas).

Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kejadian efek samping. Reaksi paling umum yang dirasakan para ilmuwan adalah nyeri di tempat suntikan.

“Tidak ada efek samping serius yang teramati terkait vaksin,” kata ahli.

Peningkatan kadar antibodi tidak hanya terjadi pada lansia yang diberikan suntikan booster.

Sebelumnya, sebuah studi tentang CoronaVac pada orang dewasa berusia antara 18 dan 50 tahun juga menemukan bahwa suntikan booster yang diberikan enam bulan atau lebih setelah suntikan kedua akan menghasilkan peningkatan kadar antibodi yang signifikan.

Para ahli mengatakan bahwa tingkat vaksinasi kelompok yang rendah dan fakta bahwa orang lanjut usia memiliki kasus penyakit dasar yang lebih tinggi dapat menjadi alasan di balik tingginya tingkat pasien yang sakit parah dan kritis.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan