Jakarta (Indonesia Window) – Sebuah penerbangan menuju Dallas, Amerika Serikat dibatalkan setelah awak pesawat dan penumpang mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap dua penumpang pria Muslim yang ikut di dalam pesawat tersebut.
Abderraoof Alkhawaldeh dan Issam Abdallah menuduh penerbangan tersebut dibatalkan karena para awak pesawat tidak merasa nyaman terbang dengan mereka, menurut laporan BBC yang dikutip di Jakarta, Jumat.
Mereka menuntut penyelidikan karena menjadi sasaran ras dan agama dalam penerbangan pulang ke Dallas.
“Itu adalah hari yang paling memalukan dalam hidup saya,” kata Abdallah.
Pembatalan
Pada 14 September, kedua pria tersebut hendak melakukan perjalanan dari Birmingham, Alabama ke Dallas, Texas dengan penerbangan American Airlines yang dioperasikan oleh maskapai regional Mesa Airlines.
Mereka bepergian secara terpisah, tetapi saling mengenal satu sama lain melalui komunitas Muslim setempat dan saling melambaikan tangan.
Saat diumumkan bahwa penerbangan itu tertunda, Abdallah pergi ke kamar mandi. Ketika keluar, dia mengatakan pramugari berdiri di pintu “seperti sedang menguping”.
Tidak lama kemudian, awak pesawat memberi tahu semua penumpang bahwa penerbangan dibatalkan dan mereka harus turun dari pesawat.
Alkhawaldeh mengatakan dia mendengar seorang petugas mengatakan kepada penumpang bahwa ini untuk alasan keamanan.
Setelah turun dari pesawat, kedua pria itu mengatakan mereka didekati oleh seorang pria berpakaian preman, petugas berseragam dan kemudian oleh seorang agen FBI.
Agen ini membawa Abdallah ke ruang tertutp dan menanyakan nama dan tentang pekerjaannya, dan mengatakan bahwa kopernya akan diperiksa kembali.
Ketika Abdallah bertanya apa yang terjadi, agen itu mengatakan bahwa staf maskapai telah memanggil polisi dan mengatakan bahwa mereka “tidak nyaman terbang” dengannya. Alasannya, kata agen itu, adalah bahwa Abdallah “pergi ke kamar kecil dan … terdengar menyiram dua kali”.
Menurut Abdallah, agen tersbeut meminta maaf kepadanya dan mengatakan dia bisa pergi dan naik penerbangan yang dijadwalkan kembali. “Saya merasa (mereka) mendiskriminasi etnisitas saya, agama saya,” kata Abdallah.
Semua penumpang berangkat kembali dalam penerbangan selanjutnya ke Dallas.
Pernyataan American Airlines
“Amerika dan semua mitra regionalnya memiliki kewajiban untuk menangani masalah keselamatan dan keamanan yang ditimbulkan oleh para awak dan penumpang dengan serius,” sebut pernyataan dari American Airlines.
“Kami berkomitmen untuk memberikan pengalaman positif kepada semua orang yang bepergian bersama kami,” lanjut pernyataan tersebut.
“Tim kami bekerja sama dengan Mesa untuk meninjau kejadian ini, dan kami telah menghubungi Tuan Alkhawaldeh dan Tuan Abdallah untuk lebih memahami pengalaman mereka.”
Sebelumnya, maskapai ini pernah menghadapi tuduhan diskriminasi.
Awal tahun ini maskapai tersebut meminta maaf karena diduga meminta penumpang perempuan untuk menyembunyikan pakaiannya dengan selimut.
Pada 2017, sebuah kelompok hak asasi manusia, Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP), memperingatkan penumpang kulit hitam bahwa American Airlines “dapat menuduh (para pelancong) dengan alas an ketidaksopanan, diskriminasi atau ketidakamanan”.
Laporan: Redaksi