Jakarta (Indonesia Window) – Orang yang telah diinokulasi vaksin COVID-19 bisa tetap menjadi pembawa virus, sehingga harus tetap menerapkan langkah-langkah pencegahan, kata Dmitry Lioznov, penjabat Direktur Institut Penelitian Influenza Smorodintsev dari Kementerian Kesehatan Rusia pada konferensi pers Kamis (28/1), menurut Kantor Berita TASS.
“Seseorang yang telah diinokulasi, dia terlindungi dan tidak mengembangkan penyakit, tetapi agennya bisa masuk ke lapisan mukosa, tetap di sana untuk beberapa waktu, dan memancarkan ke lingkungan luar,” jelas ilmuwan itu.
Dia menambahkan bahwa seorang individu yang sehat juga bisa menjadi (pembawa) sementara tanpa mengembangkan penyakit.
“Inilah tepatnya mengapa kami mengatakan bahwa orang yang divaksinasi harus memperhatikan tindakan pencegahan agar tidak menulari yang lain, “kata Lioznov.
Sementara itu, Wakil Direktur Institut Penelitian Smorodintsev, Darya Danilenko, mengatakan seseorang dianggap telah divaksinasi jika telah menerima dosis penuh dari vaksin, sebanyak dua kali diinokulasi jika diperlukan.
“Setelah suntikan kedua, setidaknya dibutuhkan tiga pekan hingga sistem kekebalannya merespons pemberian vaksin,” jelasnya.
Sebelum lewat tiga pekan, menurutnya, kemungkinan orang tersebut menjadi pembawa virus lebih tinggi dari sebelum diinokulasi.
Laporan: Redaksi