Banner

Xi tunjukkan komitmen China pada pertumbuhan dan tata kelola global (Bagian 2 – selesai)

Presiden China Xi Jinping melanjutkan partisipasinya dalam Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-29 di Bangkok, Thailand, pada 19 November 2022. (Xinhua/Ju Peng)

Komitmen China pada pertumbuhan dan tata kelola global ditekankan oleh Presiden Xi Jinping saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 20 (Group of 20/G20) ke-17 di Bali dan Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-29, serta berkunjung ke Thailand.

 

Kedua pihak harus menjunjung tinggi prinsip saling menghormati, koeksistensi damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan untuk bersama-sama memastikan bahwa hubungan bilateral akan tetap berada di jalur yang benar dan tidak menyimpang, terhambat, apalagi bertabrakan, imbuhnya.

Untuk merespons pernyataan dan tindakan keliru dari pihak AS baru-baru ini terkait masalah Taiwan dan untuk memperjelas batasan bagi hubungan China-AS, Xi memberikan penjelasan lengkap tentang asal-usul masalah Taiwan dan posisi berprinsip China, menekankan bahwa masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan utama China, prinsip dasar bagi landasan politik hubungan China-AS, dan garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS.

Wang menuturkan bahwa Xi mendesak pihak AS untuk mengimbangi ucapan mereka dengan tindakan, mematuhi komitmen “five-noes” atau “lima komitmen untuk tidak melakukan” (yaitu tidak berusaha menciptakan Perang Dingin baru; tidak berusaha mengubah sistem China; revitalisasi aliansinya tidak bertentangan dengan China; tidak mendukung “kemerdekaan Taiwan”; dan tidak memicu konflik dengan China).

Biden mengatakan bahwa China yang stabil dan makmur adalah hal yang baik bagi AS dan dunia. AS dan China memiliki tanggung jawab bersama untuk menunjukkan kepada dunia bahwa keduanya dapat mengatasi perbedaan mereka, dan mencegah persepsi yang keliru atau persaingan sengit berubah menjadi konfrontasi atau konflik, imbuh Wang.

Pihak AS menegaskan kembali komitmen “five noes” mereka, dan menyatakan bahwa AS tidak mendukung prinsip “dua China” atau “satu China, satu Taiwan,” tidak berusaha menggunakan masalah Taiwan sebagai alat untuk mengekang China, dan tidak berniat untuk melakukan pemisahan (de-coupling) dari China, menghentikan pembangunan ekonomi China, atau mengekang China.

Kunjungan Xi ke Indonesia adalah kunjungan luar negeri pertama presiden China itu sejak Kongres Nasional CPC ke-20, yang mencerminkan karakteristik istimewa dan tingginya level hubungan China-Indonesia, kata Wang.

Usai pertemuan antara Xi dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo digelar, kedua negara merilis sebuah pernyataan gabungan, menandatangani Rencana Aksi untuk Memperkuat Kemitraan Strategis Komprehensif antara China dan Indonesia berdurasi lima tahun yang baru, dan mencapai konsensus penting tentang upaya untuk membangun komunitas China-Indonesia dengan masa depan bersama, papar Wang.

Kedua pemimpin juga menyaksikan uji coba operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang akan memangkas waktu tempuh antara Jakarta dan Bandung dari tiga jam lebih menjadi 40 menit, imbuhnya.

Selama kunjungannya ke Thailand, yang merupakan kunjungan pertamanya sejak menjadi presiden China, Xi bertemu dengan Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Phra Vajiraklaochaoyuhua dan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha.

Kedua pihak sepakat untuk membangun komunitas China-Thailand yang lebih stabil, sejahtera, dan berkelanjutan dengan masa depan bersama, menambah dimensi baru dalam hubungan kekeluargaan kedua negara.

Selama KTT G20 ke-17 dan Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke-29, Xi bertemu dengan para pemimpin dari berbagai negara dan organisasi internasional. Merespons kekhawatiran mereka tentang krisis Ukraina, Xi menegaskan kembali “empat poin” tentang apa yang harus dilakukan dan “empat hal” yang harus dilakukan masyarakat internasional bersama-sama dalam menanggapi situasi di Ukraina, kata Wang.

Xi juga menyampaikan tiga pemikiran penting. Pertama, konflik dan perang tidak akan menghasilkan pemenang. Kedua, tidak ada solusi sederhana untuk masalah yang kompleks. Dan ketiga, konfrontasi antara negara-negara besar harus dihindari, imbuhnya.

Menggarisbawahi bahwa China akan terus membuat penilaian objektif dan adil berdasarkan karakteristik dari masalah itu sendiri, Xi mengatakan China selama ini berdiri di sisi perdamaian dan akan terus mendorong pembicaraan damai.

Selama perjalanan Xi, menteri luar negeri China tersebut mengatakan Profesor Peng Liyuan, istri Xi, berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan bersama dengan pasangan dari para pemimpin dan perwakilan lain yang menghadiri KTT G20 dan pertemuan APEC. Hal itu memainkan peran yang unik dan positif dalam meningkatkan citra internasional China.

Kunjungan Xi secara efektif meningkatkan pengaruh dan wacana internasional China, papar Wang.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan