Jakarta (Indonesia Window) – Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa upaya global melawan malaria, terutama di negara-negara Afrika yang memiliki beban kasus terberat, menunjukkan penurunan.
Kesenjangan dalam mengakses peralatan untuk mencegah dan mengatasi malaria serta pandemik COVID-19 diperkirakan akan memundurkan upaya global lebih jauh, menurut pernyataan tertulis dari WHO yang diterima di Jakarta, Selasa.
“Sudah waktunya bagi para pemimpin di seluruh Afrika, dan dunia, untuk bangkit sekali lagi menghadapi tantangan malaria, seperti yang mereka lakukan ketika meletakkan dasar bagi kemajuan yang dibuat sejak awal abad ini,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Melalui aksi bersama, dan komitmen untuk tidak meninggalkan siapa pun, kita dapat mencapai visi bersama untuk dunia yang bebas malaria,” ujarnya.
Pada tahun 2000, para pemimpin Afrika menandatangani Deklarasi Abuja yang berjanji untuk mengurangi kematian akibat malaria di benua itu sebesar 50 persen selama periode 10 tahun.
Komitmen politik yang kuat, bersama dengan inovasi peralatan baru dan peningkatan dana yang besar, menjadi katalisator keberhasilan dalam pengendalian malaria global yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut laporan tersebut, 1,5 miliar kasus malaria dan 7,6 juta kematian telah dicegah sejak tahun 2000.
WHO menyebutkan bahwa pada 2019, jumlah kasus malaria global sebanyak 229 juta. Angka ini hampir tidak berubah selama empat tahun terakhir.
Penyakit akibat parasit plasmodium yang disebarkan oleh nyamuk tersebut, merenggut sekitar 409.000 jiwa pada 2019, dibandingkan dengan 411.000 pada 2018.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, wilayah Afrika menanggung lebih dari 90 persen beban penyakit secara keseluruhan.
Sejak tahun 2000, angka kematian akibat malaria di benua tersebut turun sebesar 44 persen, dari perkiraan 680.000 menjadi 384.000 jiwa setiap tahun.
Namun, kemajuan telah melambat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di negara-negara dengan beban penyakit yang tinggi, kata pernyataan WHO.
Kekurangan pendanaan baik di tingkat internasional maupun domestik merupakan ancaman yang signifikan bagi upaya melawan malaria di masa depan.
Pada 2019, total pendanaan mencapai 3 miliar dolar AS dengan target global 5,6 miliar dolar AS.
Kekurangan dana telah menyebabkan kesenjangan kritis dalam akses ke alat pengendalian malaria yang efektif.
Laporan: Redaksi