Penghargaan Nobel 2022 bidang Kimia dimenangkan oleh tiga ilmuwan “untuk pengembangan ‘kimia klik’ dan kimia bioortogonal.
Stockholm, Swedia (Xinhua) – Carolyn R. Bertozzi dan K. Barry Sharpless dari Amerika Serikat (AS) serta Morten Meldal dari Denmark berbagi Penghargaan Nobel 2022 di bidang Kimia “untuk pengembangan ‘kimia klik’ dan kimia bioortogonal,” demikian diumumkan Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia pada Rabu (5/10).
Sharpless dan Meldal menciptakan landasan bagi bentuk fungsional kimia, “kimia klik”, yang memungkinkan balok-balok molekul bersatu dengan cepat dan efisien.
Bertozzi membawa “kimia klik” ke dimensi baru dan mulai menggunakannya dalam organisme hidup, kata akademi itu dalam pernyataannya.
“Penghargaan di bidang Kimia tahun ini berkaitan dengan cara untuk tidak memperumit masalah, melainkan bekerja dengan cara yang mudah dan sederhana. Molekul fungsional dapat dibangun bahkan dengan menggunakan cara yang sangat sederhana,” papar Johan Aqvist, Ketua Komite Nobel Bidang Kimia.
“Saya hampir tak dapat bernapas!” ungkap Bertozzi dalam wawancara telepon di lokasi tentang reaksinya. Mendengar kabar tersebut pada tengah malam, dia mengatakan, “ini lebih dari sebuah kejutan!”
Tahun ini, hadiah senilai 10 juta krona Swedia (sekira 13,8 miliar rupiah) akan dibagi rata di antara ketiga pemenang.
Nobel kedokteran
Sementara itu, ahli genetika Swedia Svante Paabo memenangkan Hadiah Nobel 2022 dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuan yang mendukung pemahaman tentang bagaimana manusia modern berevolusi dari nenek moyang yang telah punah.
Paabo, direktur di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi di Leipzig, Jerman, memenangkan hadiah untuk “penemuan tentang genom hominin yang punah dan evolusi manusia,” kata komite Penghargaan Nobel.
Paabo, putra seorang ahli biokimia yang juga pemenang Hadiah Nobel, melakukan studi tentang asal usul manusia setelah mengembangkan cara untuk memungkinkan pemeriksaan urutan DNA dari sisa-sisa arkeologi dan paleontologi hingga mencapai kembali ke awal sejarah manusia.
Dia tidak hanya membantu mengungkap keberadaan spesies manusia yang sebelumnya tidak dikenal yang disebut Denisovans, dari fragmen tulang jari berusia 40.000 tahun yang ditemukan di Siberia, tetapi juga menemukan metode yang dikembangkan untuk memungkinkan pengurutan seluruh genom Neanderthal (diyakni sebagai spesies punah atau subspesies manusia purba yang hidup di Eurasia pada sekitar 40.000 tahun yang lalu)
Penelitian ini, yang menunjukkan bahwa gen tertentu yang berasal dari Neanderthal tersimpan dalam genom manusia saat ini, pernah dianggap mustahil, mengingat DNA Neanderthal pada tulang telah menyusut selama ribuan tahun menjadi fragmen pendek yang harus disusun seperti teka-teki raksasa, dan juga sangat terkontaminasi dengan DNA mikroba.
*1 krona Swedia = 1.390 rupiah
Laporan: Redaksi