Jakarta (Indonesia Window) – Kementerian Luar Negeri Taiwan telah menyerukan warga negara Taiwan untuk meninggalkan Ukraina sesegera mungkin, setelah Amerika Serikat memperingatkan bahwa Rusia dapat segera menyerang negara Eropa Timur itu.
Dalam sebuah pernyataan pers yang dikeluarkan pada Sabtu, kementerian meminta sekitar 25 warga negara Taiwan yang saat ini tinggal di Ukraina untuk belajar atau bekerja agar meninggalkan negara itu sesegera mungkin.
Selain itu, kementerian juga menyerukan warga Taiwan untuk menghindari bepergian ke Ukraina.
Seruan Kementeria Luar Negeri Taiwan dikeluarkan sehari setelah pejabat AS mengutip intelijen yang memperingatkan bahwa invasi Rusia ke negara pecahan Soviet itu sudah dekat.
“Rusia berada dalam posisi untuk dapat melakukan aksi militer besar di Ukraina kapan saja sekarang,” kata Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional untuk Presiden Joe Biden, kepada wartawan pada konferensi pers, Jumat (11/2).
Pada saat yang sama, bagaimanapun, para pejabat Amerika mengatakan masih belum jelas apakah Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat keputusan untuk menyerang, New York Times melaporkan.
Sejumlah negara juga telah menyarankan warganya untuk segera meninggalkan Ukraina, termasuk AS, Jepang, dan Inggris, sementara pemerintah barat terus mengupayakan pembicaraan dengan Kremlin guna meredakan ketegangan.
Rusia telah menerjunkan peralatan militer dan pasukan di sekitar Ukraina dalam beberapa bulan terakhir sambil mengajukan tuntutan pada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) — aliansi militer antar pemerintah yang melibatkan AS, 27 negara Eropa, dan lainnya.
Tuntutan itu termasuk bahwa NATO harus setuju untuk mengurangi kehadiran militernya di Eropa Timur ke tingkat 1990-an dan menjamin bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan aliansi. Baik NATO dan AS telah menolak tuntutan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Taiwan menambahkan bahwa pihaknya menentang tindakan sepihak apa pun yang menggunakan kekuatan untuk mengubah status quo di kawasan itu, dan menyerukan negara-negara terkait untuk menyelesaikan perselisihan mereka melalui dialog dan cara-cara damai.
Sumber: CNA
Laporan: Redaksi