Banner

Survei: 2 dari 10 orang Asia Tenggara sebar kabar di media sosial tanpa verifikasi

Hampir dua dari sepuluh atau 18 persen orang di Asia Tenggara mengaku menyebarkan kabar di media sosial sebelum memverifikasi apakah itu benar, menurut survei yang dilaporkan oleh layanan keamanan siber global, Kaspersky. (dole777 on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Hampir dua dari sepuluh atau 18 persen orang di Asia Tenggara mengaku menyebarkan kabar di media sosial sebelum memverifikasi apakah itu benar, menurut survei yang dilaporkan oleh layanan keamanan siber global, Kaspersky, baru-baru ini.

Dalam pernyataan pada Selasa (2/2), Kaspersky mengatakan bahwa survei tersebut mengungkapkan bahwa kelompok tertinggi yang melakukan hal tersebut berasal dari Gen Z (28 persen), diikuti oleh Gen X (21 persen), dan Baby Boomers (19 persen). Sementara kelompok Milenial mencatatkan yang terendah dalam hal ini sebesar 16 persen.

Baby boomers adalah mereka yang lahir antara tahun 1946 dan 1964 (kini berumur 57-75 tahun); Gen X, lahir antara 1965 dan 1979/80 (41-56 tahun); Milenial atau Gen Y, lahir antara tahun 1981 dan 1994/6 (23-38 tahun); Generasi Z lahir pada rentang 1997-2012 (7-22 tahun).

Survei yang dilakukan pada November 2020 yang melibatkan 1.240 responden dan 831 dari Asia Tenggara itu juga menemukan bahwa hanya lima dari sepuluh responden dari semua generasi yang mengatakan bahwa mereka membaca artikel lengkap sebelum membagikannya di akun mereka sendiri.

Selain itu, penelitian ini mengungkap bahwa mayoritas (76 persen responden) pengguna di Asia Tenggara menerima pembaruan berita mereka dari platform online seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.

Banner

“Persentase Gen Z lebih tinggi sebesar 83 persen, diikuti oleh Milenial 81 persen, Baby Boomers 70 persen, dan Gen X 62 persen. Namun, ini tidak menunjukkan kepercayaan mutlak pada informasi yang dipublikasikan di platform ini,” kata Kaspersky.

Menurut survei tersebut, kesadaran tentang informasi yang sesat di platform online menunjukkan tren naik, dengan enam dari sepuluh responden dari semua generasi mengatakan bahwa mereka memeriksa sumber informasi atau berita yang beredar di media sosial sebelum mengklik ‘bagikan’.

Kaspersky juga menemukan bahwa Generasi Baby Boomers juga memimpin kelompok dalam mengonfrontasi teman atau anggota keluarga yang membagikan berita palsu, sebesar 41 persen; diikuti oleh Generasi Milenial (27 persen) dan Gen X (23 persen).

Gen Z tampaknya lebih sopan dengan 19 persen, kata survei.

Selan itu, ‘pemblokiran’ adalah cara lain pengguna di Asia Tenggara untuk melindungi diri dari kesalahan informasi. Lebih dari seperempat responden mengaku memblokir kontak yang membagikan artikel yang mereka anggap tidak akurat, dengan Gen Z sebesar 46 persen, Baby Boomers (33 persen), Milenial (32 persen), dan Gen X (30 persen).

Survei ini dilakukan oleh lembaga riset YouGov di Australia, India, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam, dengan responden berusia antara 18 hingga 65 tahun, yang semuanya merupakan pekerja profesional yang aktif di media sosial (setidaknya menghabiskan satu jam sehari di media sosial).

Banner

Para ahli Kaspersky menyarankan beberapa langkah untuk membantu pengguna melindungi diri mereka dari serangan manipulasi psikologis yang licik di media sosial seperti memeriksa sumber, memutus lingkaran atau jaringan, mempertimbangkan jejak digital, dan mengamankan perangkat.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan