Situs prasejarah Shuidonggou di Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut, ditemukan oleh tim arkeologi Prancis pada 1923, dan merupakan salah satu situs Paleolitikum pertama yang ditemukan di China.
Yinchuan, China (Xinhua) – Zhang Shaoshan tak habis-habisnya terpukau oleh lanskap yang memikat di Shuidonggou, sebuah situs prasejarah yang terletak di Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut, meskipun telah berulang kali mengunjunginya.
“Shuidonggou memancarkan aura misterius. Dapatkah Anda bayangkan seperti apa kehidupan manusia yang tinggal di sini 30.000 tahun silam?” kata pelukis berusia 82 tahun itu.
“Tempat ini memberikan inspirasi tiada batas tak hanya bagi saya, tetapi juga banyak seniman lainnya,” ujar Zhang, yang belum lama ini mengunjungi situs tersebut bersama 80 seniman Ningxia lainnya.
Ningxia, yang kaya dengan sumber daya pariwisata, menawarkan daya tarik unik, seperti kecantikan gurun yang berpadu dengan Sungai Kuning dan budaya Dinasti Xia Barat (1038-1227) yang misterius. Ningxia juga merupakan daerah penghasil minuman anggur terbaik di China.
Kini, wisatawan memiliki opsi menarik lainnya dalam menjelajahi situs prasejarah Shuidonggou.
Situs Shuidonggou ditemukan oleh tim arkeologi Prancis pada 1923. Situs ini merupakan salah satu situs Paleolitikum pertama yang ditemukan di China.
Dalam enam proyek penggalian selama seabad terakhir, para ilmuwan menemukan lebih dari 12 situs Paleolitikum, lebih dari 50.000 artefak batu, dan 300 lebih fosil hewan.
Tahun ini menandai 100 tahun penemuan situs Shuidonggou. Beragam acara budaya dan pariwisata pun telah digelar sejak Mei untuk menarik wisatawan.
Lomba esai bertema riset dan penelitian, pameran dan pertunjukan warisan budaya takbenda, serta kegiatan pariwisata arkeologi dan budaya akan diadakan di Shuidonggou sepanjang tahun ini.
Di jantung situs tersebut, terdapat sebuah museum besar dengan luas area 4.300 meter persegi yang menampilkan beragam alat batu dan fosil dari zaman prasejarah. Museum itu dilengkapi dengan perangkat akustik canggih, video, dan pencahayaan, sehingga menghadirkan suasana lingkungan hidup manusia purba.
Selama liburan musim panas, museum itu setiap harinya dipadati oleh ratusan pelancong dan pelajar yang datang untuk merasakan penjelajahan dunia prasejarah yang menggembirakan.
Setiap tahunnya, situs dan museum Shuidonggou dikunjungi oleh sekitar 1 juta wisatawan.
“Berdasarkan artefak yang digali, kami yakin area ini dulunya memiliki ekologi yang sangat kaya, yang dipenuhi tumbuhan dan hewan yang beragam,” kata Gao Jing, ahli paleoantropologi yang berbasis di Beijing sekaligus peneliti vertebrata kuno.
Kekayaannya tersebut menjadikan Shuidonggou sebagai permukiman manusia prasejarah. Mereka hidup dengan berburu binatang liar dan menebang tanaman. Mereka bahkan menggunakan cangkang burung unta untuk membuat berbagai hiasan, menunjukkan rasa estetika primitif mereka, jelas Gao.
Laporan: Redaksi