Sistem penjara di Alabama termasuk di antara yang paling kejam, penuh sesak, dan tak terkendali di Amerika Serikat.
Houston, AS (Xinhua/Indonesia Window) – Lebih dari 250 juta dolar AS telah dihasilkan sejak tahun 2000 melalui pemotongan upah para narapidana yang dipekerjakan ke perusahaan-perusahaan swasta di Alabama, sebuah negara bagian di Amerika Serikat (AS) bagian selatan di mana sistem penjaranya termasuk di antara “yang paling kejam, penuh sesak, dan tak terkendali” di AS. Demikian dilaporkan Associated Press (AP) pada Sabtu (21/12).
Menurut investigasi yang dilakukan selama dua tahun oleh AP, “selain Alabama, tidak ada negara bagian yang memiliki sejarah lebih panjang dan lebih berorientasi pada profit dalam mengontrakkan narapidananya ke perusahaan-perusahaan swasta.” Alabama memiliki sejarah penyewaan narapidana selama lebih dari 150 tahun.
Sejak 2018, lebih dari 10.000 narapidana telah mencatatkan 17 juta jam kerja di luar tembok penjara Alabama. Mereka bekerja di berbagai entitas, seperti pemerintah kota dan county, serta perusahaan-perusahaan. Burger King dan Walmart termasuk di antara lebih dari 500 perusahaan yang menyewa para pekerja narapidana. Perusahaan lain yang juga menyewa mereka adalah produsen suku cadang mobil besar, pabrik pengolahan daging, dan pusat distribusi untuk peretail besar, ungkap laporan itu.
Meski para narapidana menghasilkan sedikitnya 7,25 dolar AS per jam, negara bagian tersebut mengambil 40 persen dari semua upah dan biaya retribusi, termasuk 5 dolar AS per hari untuk transportasi menuju tempat kerja dan 15 dolar AS per bulan untuk penatu, papar investigasi tersebut.
Jika narapidana menolak, mereka berisiko mendapat hukuman, termasuk tidak diizinkan untuk menerima kunjungan keluarga atau dipindahkan ke penjara dengan keamanan tinggi, lanjut laporan investigasi itu. Menolak bekerja juga dapat membahayakan peluang mereka untuk dibebaskan lebih cepat.
Namun, kerja paksa semacam itu dapat memberikan keringanan dari “kekerasan berlebihan” di dalam penjara, papar laporan tersebut. Sepanjang 2023 dan paruh pertama 2024, satu narapidana di Alabama meninggal hampir setiap harinya di balik jeruji besi. Angka ini lima kali lebih tinggi dari rata-rata nasional AS.
“Ini adalah gejala dari sistem yang benar-benar rusak,” ujar Chris England, seorang anggota parlemen Alabama yang mendorong reformasi peradilan pidana.
*1 dolar AS = 16.270 rupiah
Laporan: Redaksi