Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Ketua Dewan Pimpinan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Syeikh Abdurrahman bin Abdul Aziz As-Sudais mengecam serangan teroris terhadap laboratorium gas di ladang Asy-Syaibah.

Menurut pernyataan dari Presiden Pusat Komunikasi Islam Arab Saudi, Faheem H. Alhamid, yang diterima melalui layanan di Jakarta, Ahad, Syeikh As-Sudais menegaskan bahwa serangan itu merupakan tindakan teror dan perbuatan terkutuk.

Peristiwa itu menguatkan adanya niat terpendam dari kelompok teroris yang sedang menjalankan serangkaian tindakan terhadap negeri yang diberkahi dan negeri-negeri Muslim lainnya, ujar Syeikh As-Sudais.

Dia menambahkan bahwa kelompok teroris itu tidak peduli dengan batasan Allah subhanahu wa ta’ala dan maslahat Islam serta umat Islam.

Selain itu, mereka mengkhianati semua perjanjian dan kesepakatan internasional yang mengecam tindakan terkutuk tersebut.

Banner

Sementara itu, Menteri Energi, Industri dan Sumber Daya Mineral, Ir. Khalid bin Abdul Aziz Al-Falih, sebelumnya telah menjelaskan bahwa salah satu unit laboratorium gas di ladang minyak Asy-Syaibah menjadi sasaran serangan pesawat tanpa awak (drone) yang diledakkan.

Serangan yang terjadi pada Sabtu (17/8) pukul 03.20 GMT (10.20 WIB) itu mengakibatkan kebakaran dan dapat diatasi. Meski menyebabkan kerugian materi, tak ada laporan tentang korban jiwa.

Menteri Al-Falih mengatakan produksi dan ekspor minyak Kerajaan Saudi tidak terpengaruh oleh serangan teror tersebut.

Dia menegaskan bahwa Kerajaan Arab Saudi mengecam serangan pengecut dan tindakan teror tersebut.

Penghancuran tersebut merupakan rangkaian aksi yang menyasar jalur suplai minyak dunia, termasuk pipa minyak Kerajaan Saudi, transportasi minyak di Teluk dan wilayah lainnya sehingga menjadi ancaman bagi perekonomian dunia.

Ladang Asy-Syaibah milik perusahaan negara Aramco yang memproduksi sekitar satu juta barel minyak mentah per hari terletak lebih dari 1.000 kilometer dari wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman barat laut.

Banner

Ladang itu berada di Semenanjung Arab, hanya beberapa kilometer dari perbatasan dengan Uni Emirat Arab (UEA).

Aramco menyebut ladang itu sebagai “harta paling terpencil di Bumi,” tempat bagi 14,3 miliar barel cadangan minyak.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan