Sektor pertanian di Kamboja menyumbang 24,4 persen dari total produk domestik bruto (PDB) negara itu pada 2021, menjadi salah satu dari empat pilar pendukung perekonomian nasional.
Phnom Penh, Kamboja (Xinhua) – Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan Perjanjian Perdagangan Bebas China-Kamboja (China-Cambodia Free Trade Agreement/CCFTA) menyuntikkan dorongan baru ke dalam pembangunan pertanian Kamboja, demikian disampaikan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kamboja Dith Tina.
RCEP dan CCFTA telah diberlakukan sejak Januari 2022.
“RCEP dan CCFTA, keduanya merupakan perjanjian perdagangan bebas yang saling membuka pasar di semua negara partisipan, sehingga memberikan pilihan kepada para petani untuk mengekspor produk pertanian mereka ke berbagai negara,” katanya kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
“Kedua FTA tersebut akan memberikan kontribusi tidak hanya bagi pertumbuhan sektor pertanian, tetapi juga bagi kesejahteraan dan kemakmuran petani,” ujarnya.
Sektor pertanian di Kamboja merupakan salah satu dari empat pilar pendukung perekonomian negara itu. Sektor ini menyumbangkan 24,4 persen dari total produk domestik bruto (PDB) negara itu pada 2021.
Dalam laporan Pembaruan Ekonomi Kamboja yang dirilis sebelumnya pada bulan ini, Bank Dunia mengatakan RCEP dan CCFTA meningkatkan produksi pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian Kamboja.
“Produksi pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian terus didorong oleh kedua perjanjian perdagangan bebas yang baru disahkan ini,” kata laporan tersebut.
Laporan itu mengungkapkan bahwa China adalah tujuan ekspor yang semakin penting bagi komoditas pertanian Kamboja berkat CCFTA.
“Untuk pasar China, pisang, beras giling, dan singkong merupakan tiga barang ekspor komoditas pertanian terbesar,” ungkap laporan tersebut.
Di bawah CCFTA, lebih dari 90 persen dari jalur tarif perdagangan barang untuk kedua belah pihak merasakan manfaat tarif nol, kata laporan itu.
“CCFTA juga diperkirakan dapat menarik lebih banyak investor asing, terutama China, ke negara tersebut,” kata ekonom senior Bank Dunia Ly Sodeth.
Laporan itu memaparkan Jalan Bebas Hambatan Phnom Penh-Sihanoukville yang dibangun dengan investasi China, yang mulai dioperasikan bulan lalu, juga menambah momentum bagi pembangunan industri perjalanan, transportasi, dan logistik di negara Asia Tenggara tersebut.
Wakil Sekretaris Negeri dan Juru Bicara Kementerian Perdagangan Kamboja Penn Sovicheat mengatakan RCEP dan CCFTA merupakan instrumen kunci untuk membantu mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
“Pakta-pakta perdagangan ini sangat bermanfaat bagi Kamboja karena memberi akses pasar yang lebih besar kepada negara ini dengan konsesi tarif,” katanya kepada Xinhua. “Untuk jangka panjang, kedua pakta itu akan menjadi kekuatan pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi kami.”
Ekonom senior Ky Sereyvath, direktur jenderal Institut Kajian China di Akademi Kerajaan Kamboja, menuturkan bahwa kedua pakta perdagangan itu menjadi magnet untuk menarik investor asing ke negara kerajaan tersebut.
“Bagi RCEP, pakta tersebut menjadi katalisator pemulihan ekonomi regional di era pascapandemi,” ujarnya kepada Xinhua. “Dalam jangka panjang, saya yakin RCEP akan menjadi pusat gravitasi baru untuk perdagangan global.”
RCEP terdiri dari 15 negara Asia-Pasifik yang meliputi 10 negara anggota ASEAN, yakni Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta lima mitra dagang mereka, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Laporan: Redaksi