“Rusia tidak mencegah ekspor biji-bijian Ukraina dari wilayah negara ini dan siap untuk memastikan perjalanan bebas kapal biji-bijian ke perairan internasional.”
Jakarta (Indonesia Window) – Di tengah kecemasan bahwa dunia tak lama lagi menghadapi krisis pangan akibat perang di Ukraina, Presiden Vladimir Putin pada Jumat (24/6) meyakinkan bahwa Rusia bisa memasok 50 juta ton biji-bijian ke pasar global tahun ini.
Berbicara pada pertemuan BRICS Plus melalui konferensi video dari Moskow, Putin mengatakan pengiriman bahan pangan itu akan tergantung pada situasi dengan asuransi kapal, pengangkutan makanan, pembayaran bank, dan pembatasan lain yang diberlakukan di Rusia sebagai sanksi Barat terhadap tindakan Moskow yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Blok BRICS dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan dibentuk pada tahun 2006 untuk mengoordinasikan kebijakan ekonomi dan perdagangan.
Putin menekankan pentingnya upaya koordinasi antarnegara, dengan mengatakan berbagi nilai-nilai “dunia multipolar yang benar-benar demokratis” sangat penting pada saat yang tidak stabil ketika beberapa negara mencoba mengganti hukum internasional dengan “tatanan berbasis aturan” untuk mempertahankan dominasi mereka.
Upaya untuk menahan perkembangan beberapa negara, penggunaan sanksi yang tidak sah dan pandemik COVID-19 menyebabkan krisis ekonomi dunia, katanya lebih lanjut.
Melonjaknya harga pangan dan bahan bakar telah mengganggu banyak negara, terutama di kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah, tambahnya.
G-7 dan inflasi
Putin menuding bahwa inflasi saat ini adalah hasil dari kebijakan jangka panjang yang tidak bertanggung jawab dari negara-negara yang tergabung dalam Kelompok 7 (G-7) yang merupakan ekonomi maju terbesar di dunia.
“Saya ingin tekankan sekali lagi, bahwa kenaikan inflasi yang tajam tidak terjadi kemarin – ini adalah hasil dari beberapa tahun, itu adalah hasil dari kebijakan ekonomi makro negara-negara G7 yang tidak bertanggung jawab selama bertahun-tahun, emisi yang tidak terkendali, dan akumulasi dari utang yang tidak aman.”
“Dan proses ini dipercepat dengan timbulnya pandemi ketika pasokan dan permintaan barang dan jasa menurun drastis dalam skala global,” tegas Putin.
Putin mencela Barat karena bersikap sinis, menunjukkan bahwa Barat, mengambil langkah-langkah destabilisasi di pasar pangan, membuat keributan tentang mengangkut gandum Ukraina, yang sama sekali tidak membantu mengatasi ancaman krisis pangan global.
“Rusia tidak mencegah ekspor biji-bijian Ukraina dari wilayah negara ini dan siap untuk memastikan perjalanan bebas kapal biji-bijian ke perairan internasional,” katanya.
Moskow mencapai kesepahaman tentang masalah ini dengan perwakilan PBB, namun satu-satunya hal yang terlewatkan dalam mengatur ekspor adalah kerja sama Kyiv, tambah Putin.
Berton-ton gandum Ukraina tertahan karena perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, menyebabkan kelangkaan global dan kenaikan harga.
Rusia, yang dituduh menggunakan pangan sebagai senjata, mengatakan sanksi Barat-lah yang harusnya disalahkan atas kekurangan pangan.
“Rusia adalah partisipan yang signifikan dan bertanggung jawab di pasar pangan global. Dan kami tentu siap untuk terus memenuhi semua kewajiban kontraktual kami untuk pasokan produk pertanian, pupuk, pemasok energi, dan produk penting lainnya,” ujar Putin.
Banyak masalah global yang serius dapat diselesaikan hanya melalui kerja sama kolektif yang jujur, dan pertemuan BRICS Plus adalah contoh dari interaksi tersebut, tegasnya.
Selain pemimpin negara-negara BRICS, Presiden Aljazair, Argentina, Mesir, Indonesia, Iran, Kazakhstan, Kamboja, Malaysia, Senegal, Thailand, Uzbekistan, Fiji, dan Ethiopia bergabung dalam pertemuan tersebut.
Sumber: Anadolu Agency
Laporan: Redaksi