Pusat rehabilitasi narkoba, kamp Aghosh, menjadi tempat melatih keterampilan, seperti menjahit, membuat sepatu, atau memperbaiki peralatan listrik, bagi para pecandu di Afghanistan.
Kabul, Afghanistan (Xinhua/Indonesia Window) – Mehdi Ghiasi mendedikasikan diri untuk menjadi sukarelawan guna mengajarkan keterampilan membuat sepatu kepada para pecandu narkoba yang baru saja direhabilitasi di sebuah pusat rehabilitasi di luar Kabul, ibu kota Afghanistan, yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan kamp Aghosh. Dia mengaku bangga bisa mengajarkan cara membuat sepatu kepada para pecandu yang baru pulih itu.
“Siapa pun yang bergabung dengan kamp Aghosh ingin mempelajari suatu keterampilan seperti menjahit, membuat sepatu, atau memperbaiki peralatan listrik. Saya mulai dengan mengajarkan mereka seni membuat sepatu,” kata Ghiasi dengan bangga kepada Xinhua di dalam kamp tersebut.
Pernah menjadi korban kecanduan narkoba jenis heroin selama lebih dari satu dekade, Ghiasi (33), yang berasal dari Provinsi Kandahar di Afghanistan selatan ini mengatakan bahwa dia mengajarkan seni membuat sepatu kepada 50 pecandu yang telah direhabilitasi di pagi hari dan 50 orang lainnya di sore hari.
“Saya memiliki 50 murid di sif pagi dan 50 murid lainnya di sif sore. Saya sangat senang bisa melayani dan mengajarkan murid-murid ini,” kata Ghiasi.
Afghanistan, negara yang sangat terpengaruh oleh perang dan pertikaian sipil selama puluhan tahun, dilaporkan memiliki lebih dari 3 juta pecandu narkoba. Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah sementara Afghanistan, yang telah melarang penanaman opium dan perdagangan narkoba, berkomitmen untuk memberantas produksi dan kecanduan narkoba.
Mengungkapkan cobaan yang dialaminya, Ghiasi mengatakan bahwa dia dahulu merupakan pembuat sepatu yang terampil, tetapi narkoba menghancurkan hidupnya dan mengasingkannya dari keluarga dan teman-teman.
Ghiasi yang mencintai keluarganya, terutama sang putri yang berusia satu tahun, mendorongnya untuk berhenti menggunakan narkoba dua tahun lalu.
Saat ini, sebanyak 550 pecandu narkoba yang telah direhabilitasi sedang menerima pelatihan untuk menjadi pekerja terampil di dalam kamp Aghosh, sebuah pusat pelatihan keterampilan di daerah Pul-e-Charkhi yang terletak di tepi timur Kabul.
Faridullah, seorang pecandu lainnya yang telah pulih, sedang mempelajari seni membuat sepatu sebagai bekal untuk membuka sebuah toko di masa depan.
“Saya tinggal di kamp Aghosh selama lima bulan. Saya dalam keadaan sehat dan sedang mengerjakan proyek membuat sepatu ini,” kata Faridullah kepada Xinhua.
Mengekspresikan kebenciannya terhadap heroin dan semua jenis obat-obatan terlarang, mantan pecandu narkoba tersebut mengatakan bahwa narkoba menghancurkan kepribadian seseorang dan menjauhkannya dari masyarakat.
“Penggunaan narkoba menghancurkan hidup dan harta benda Anda. Narkoba merusak kehormatan dan kredibilitas Anda, baik di rumah maupun di masyarakat,” katanya. “Tujuan saya di masa depan adalah membuka toko pembuatan sepatu setelah keluar dari sini, sehingga saya bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga saya.”
Dia juga memiliki pesan untuk para pecandu narkoba, “Saya mengimbau kepada mereka yang terjerat narkoba untuk berhenti menggunakan obat-obatan terlarang dan bergabung dengan pusat rehabilitasi. Di sana, mereka bisa mempelajari keterampilan dan menerima alat yang mereka butuhkan untuk bekerja bagi diri mereka sendiri,” katanya.
Sayed Yasar Sadat (22), seorang mantan pecandu narkoba lainnya yang sekaligus merupakan mantan mahasiswa, sempat mempelajari teknik elektromekanik di kamp tersebut dengan harapan menjadi seorang teknisi listrik. Dia berencana membuka sebuah toko untuk memperbaiki perangkat elektronik setelah dia menyelesaikan kursus pelatihan selama empat bulan dan mendapatkan sertifikatnya.
“Durasi setiap kursus adalah empat bulan, dan selama satu setengah tahun terakhir, 1.600 individu telah lulus,” kata Ezatullah Rahmat, direktur kamp tersebut. “Setelah tiga bulan perawatan, pecandu yang pulih dipindahkan ke kamp ini, di mana 550 individu yang telah pulih saat ini sedang menerima pelatihan untuk menjadi pekerja terampil.”
Laporan: Redaksi