Banner

Maladewa bangun kota terapung atasi kenaikan air laut

Desain Kota Terapung Maladewa berbentuk karang otak dengan cincin pulau yang mengelilingi pinggiran kota untuk melindunginya dari gelombang. (waterstudio.nl)

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Kenaikan muka air laut akibat suhu Bumi yang kian memanas sangat mungkin menenggelamkan negara-negara pulau di seluruh dunia, termasuk Maladewa (Maldives), negara di Samudra Hindia seluas 297,8 kilometer persegi.

Maladewa yang terkenal dengan banyak lokasi dan fasilitas wisata tropikal telah menyiapkan solusi cerdas dalam menghadapi ancaman tenggelam dengan membangun kawasan kota baru yang mengapung. 

Kota Terapung Maladewa merupakan proyek yang cukup ambisius oleh negara di kawasan Asia Selatan ini, yang diproyeksikan menjadi rumah bagi 20.000 penduduknya pada akhir tahun 2027. Saat ini populasi Maladewa sebanyak 540.542 jiwa.

kota terapung maladewa
Maldives terkenal dengan wisata tropikal, menawarkan cottage-cottage di sepanjang pantai yang eksotik. (Fonthip Ward from Pixabay)

Wilayah apung yang canggih itu berbentuk karang otak, dirancang oleh Waterstudio.nl dari Belanda, dalam usaha patungan dengan Pemerintah Maladewa.

“Ide berbentuk karang otak sebagai konsep utama adalah bahwa tujuan hidup dengan alam dan belajar untuk meningkatkan dan menghormati karang alami adalah inti dari pembangunan,” kata pejabat Maladewa. 

Banner

Kota terapung ini diproyeksikan memiliki 5.000 unit yang saling terhubung melalui jalan setapak dan kanal di dalam laguna seluas 200 hektar yang terletak di luar ibu kota Malé. 

Sebuah cincin pulau akan mengelilingi pinggiran kota untuk melindunginya dari gelombang.

Jika proyek ini rampung, maka Kota Terapung Maladewa menjadi yang pertama di dunia dengan ribuan rumah dan dukungan penuh dari pemerintah. 

Rumah dalam kerangka terapung yang unik ini terbuka tidak hanya untuk Maladewa, tetapi juga untuk komunitas internasional yang dapat berinvestasi dalam izin tinggal dan kepemilikan di dalam kota. 

Uniknya, setiap rumah akan menjadi rumah tepi laut, mengingat tata ruang kota yang terinspirasi dari karang, memungkinkan semua penghuni berada hanya beberapa meter dari perairan murni Samudra Hindia. 

Kota dengan 5.000 rumah ini juga akan memiliki hotel, toko, restoran, dan akan terhubung ke Malé melalui transportasi berbasis air (kota terapung hanya berjarak 10 menit). 

Banner

Tidak ada mobil yang diizinkan di dalam kota terapung. Sepeda dan kereta atau skuter bebas kebisingan listrik, dan perahu yang tersebar di sepanjang kota akan menjadi transportasi warga atau pengunjung untuk saling berhubungan.

Kota yang diproyeksikan siap dalam satu dekade ini, akan memiliki semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mandiri. 

Unit rumah pabrikan akan dibangun di galangan kapal terdekat sebelum dibawa ke lokasi. 

Kota terapung ini akan mengandalkan energi hijau/biru dan jaringan pintar akan membantu mendistribusikan daya antarunit, memastikan bahwa kelebihan energi yang dihasilkan oleh satu rumah dapat digunakan oleh rumah lainnya. 

Tantangan lain yang sedang dipertimbangkan oleh pengembang dan pemerintah adalah pengelolaan sampah, dampak lingkungan, dan tambatan atau stabilitas mengingat keunikan kota terapung.

Kota Terapung Maladewa diharapkan menjadi model dengan tolok ukur di masa depan sebagai solusi baru yang membantu mengatasi ketidakstabilan lingkungan sekaligus memiliki dampak minimal pada ekosistem di sekitar dan di bawahnya.

Banner

Sumber: https://www.yankodesign.com/

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan