Banner

Presidensi G20 Indonesia berpotensi tambah 533 juta dolar AS pada PDB

Tema presidensi G20 tahun depan adalah Recover Together, Recover Stronger atau ‘Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat’, karena Indonesia tidak ingin satu pun negara tertinggal dari pemulihan dampak pandemik COVID-19.

Jakarta (Indonesia Window) – Presidensi G20 tahun 2022 yang akan digelar di Indonesia berpotensi menambah 533 juta dolar AS terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, salah satu sumber tambahan tersebut berasal dari peningkatan konsumsi domestik selama gelaran G20 di Tanah Air.

Menkeu menyebutkan, konsumsi domestik akan meningkat sebanyak 119,2 juta dolar AS dengan sejumlah forum G20 yang akan diselenggarakan di banyak kota di Indonesia oleh kementerian dan lembaga.

Gelaran G20, imbuhnya, akan menjadi forum bagi Indonesia untuk menampilkan perekonomian domestik yang sebelumnya telah melalui momentum berat selama pandemik COVID-19.

Selama menjabat presidensi G20 tahun 2022, Indonesia akan menyelenggarakan sekitar 150 pertemuan yang berlangsung di berbagai kota di Tanah Air, kata Sri Mulyani.

Banner

Tema presidensi G20 tahun depan adalah Recover Together, Recover Stronger atau ‘Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat’, karena Indonesia tidak ingin satu pun negara tertinggal dari pemulihan dampak pandemik COVID-19.

Sri Mulyani mengatakan gelaran presidensi G20 tahun 2022 akan menekankan peran dan tanggung jawab G20 dalam mengatasi masalah struktur yang dapat menghambat kemakmuran, dengan menyoroti efisiensi, produktivitas, inklusi keuangan, dan ekonomi hijau.

Karenanya, presidensi G20 tahun 2022 menekankan pada tiga pilar, yakni mempromosikan ekonomi global yang produktif dan seimbang, termasuk akses terhadap vaksin.

Pilar pertama tersebut juga membahas peningkatan efisiensi dalam perekonomian, khususnya penggunaan teknologi digital melalui transformasi digital terutama bagi Usaha Kecil dan Menengah, sehingga mereka memiliki akses permodalan dan pasar.

Pilar pertama juga mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia pasca COVID-19 dengan mengembangkan pasar keuangan dan infrastruktur dasar, termasuk infrastruktur digital guna meningkatkan produktivitas.

Pilar kedua adalah peningkatan ketahanan dan keberlanjutan melalui stabilitas sistem keuangan dan moneter yang lebih besar guna menciptakan peluang yang lebih baik bagi negara dalam membangun ketahanan sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan pandemik.

Banner

“Ini akan menjadi topik terpenting dalam ketahanan dan mengatasi risiko volatilitas modal yang berlebihan,” ujar Sri Mulyani.

Pilar ketiga adalah memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif bagi penduduk di dunia untuk menciptakan kesetaraan dan keberlanjutan dalam meningkatkan kinerja ekonomi.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan