Banner

Feature – Warga Gaza berburu air laut untuk bertahan hidup

Sejumlah warga Palestina menangkap ikan di laut di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 20 Maret 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Porsi air per kapita warga Palestina di Jalur Gaza turun hingga 97 persen selama konflik Hamas-Israel, memaksa mereka untuk memanfaatkan air laut yang memiliki kadar garam dan klorin yang sangat tinggi, serta terdapat sedimen di dalam air tersebut.

 

Gaza, Palestina (Xinhua) – Serangan Israel telah menyeret Jalur Gaza, daerah kantong Palestina, ke jurang bencana kemanusiaan berkepanjangan.

Dalam rangka Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret, pernyataan bersama dari Biro Pusat Statistik Palestina dan Otoritas Air Palestina menyebutkan bahwa porsi air per kapita warga Palestina di Jalur Gaza turun hingga 97 persen selama konflik Hamas-Israel.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa 40 persen infrastruktur air, jaringan air, dan sumber pasokan secara umum telah hancur.

“Saya datang ke sini untuk mengangkut air dari laut agar dapat saya dan anak-anak saya gunakan untuk mandi serta mencuci pakaian dan piring. Meski air laut berbahaya, kami tidak punya pilihan lain,” ujar seorang warga Gaza, Om Osama.

Banner
Porsi air per kapita
Anak-anak berjalan untuk mengambil air di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 18 Maret 2024. (Xinhua/Khaled Omar)

Seorang pengungsi Palestina di Gaza, Saeed Mahmoud, menambahkan, “Kami datang ke sini untuk mengambil air laut untuk mandi karena kami tidak memiliki akses ke air ledeng. Kami sangat menderita. Kami membutuhkan setidaknya 30 galon air per hari. Kakek, nenek, ayah, dan saudara laki-laki saya semuanya sakit dan butuh perawatan.”

“Air di Gaza memiliki kadar garam dan klorin yang sangat tinggi, serta terdapat sedimen di dalam air tersebut. Oleh karena itu, kami harus membeli air mineral. Air mineral sangat mahal, tetapi kami terpaksa membelinya,” ujar warga Gaza lainnya, Abu Mahdi, yang mengidap penyakit ginjal.

Sementara itu, tentara Israel melanjutkan serangannya ke Rumah Sakit Al Shifa di Gaza utara pada Kamis (21/3).

Mereka mengeklaim bahwa pasukannya membunuh lebih dari 140 orang dan menangkap “pejabat senior Hamas.”

Tentara Israel masih mengepung Rumah Sakit Al Shifa, kompleks medis terbesar di Jalur Gaza.

Setelah sebelumnya mengeklaim bahwa mereka telah menghancurkan basis-basis Hamas di area tersebut, pasukan Israel masih beroperasi secara agresif di dalam bangunan fasilitas itu, dan sekitarnya, menyebabkan kerusakan besar. Israel telah menolak usulan Hamas untuk membebaskan sandera sebagai imbalan atas perjanjian yang dapat mengakhiri perang, demikian laporan reporter Xinhua di Ramallah, Ohood Al-Jaghoub.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan