Banner

Peternakan laut berteknologi tinggi bantu perlindungan lingkungan di Hainan, China

Foto yang diabadikan pada 17 Mei 2023 ini menunjukkan seekor ikan badut di sebuah peternakan laut di area perairan Pulau Wuzhizhou di Sanya, Provinsi Hainan, China selatan. (Xinhua/Yang Guanyu)

Peternakan laut berteknologi tinggi di Pulau Wuzhizhou, Provinsi Hainan, China selatan, telah mentransplantasikan lebih dari 35.000 koral dan menempatkan 2.571 terumbu karang buatan dari semen, serta 21 perahu besi tua guna menarik kawanan ikan dan biota laut lainnya untuk beristirahat, bersembunyi, hidup, dan berkembang biak.

 

Haikou, China (Xinhua) – Kawanan ikan kecil berenang bebas di dalam air berwarna toska, sementara berbagai jenis koral meliuk-liuk dengan anggun. Pemandangan bawah laut yang penuh kehidupan tersebut dipantau dengan cermat lewat layar monitor oleh penjaga peternakan laut setempat.

Lewat bantuan kamera bawah laut dan sinyal 5G, Pulau Wuzhizhou di Provinsi Hainan, China selatan, sedang membangun sebuah peternakan laut modern untuk memantau dan memulihkan ekosistem laut setempat.

Pulau Wuzhizhou berbentuk menyerupai kupu-kupu dan berlokasi di Kota Sanya. Pulau ini merupakan objek wisata tingkat nasional. Sekitar 2010, pulau itu mulai membangun peternakan laut tropis pertama di China untuk memulihkan ekologi bawah laut yang rusak akibat topan dan aktivitas penangkapan ikan.

Wang Fengguo, yang mengepalai kantor pengelolaan laut di pulau tersebut, telah menghabiskan sekitar satu dekade untuk memulihkan koral dan menempatkan terumbu karang buatan di bawah laut guna menarik biota laut. Kini, dalam bekerja, Wang dibantu oleh sebuah sistem pemantauan yang berbasis informasi.

Banner

“Kami memasang 14 kamera bawah laut di tujuh lokasi. Kami menggunakan transmisi kabel dan sinyal 5G nirkabel untuk mengirimkan informasi,” kata pelestari koral yang sudah berpengalaman tersebut.

Sistem itu dapat menampilkan seluruh data hidrologi dan meninjau rekaman video dari satu hingga dua bulan terakhir, yang memainkan peran besar dalam pemantauan ekosistem laut yang kompleks, ujar Wang.

“Kadang-kadang terjadi pasang merah (red tide) atau suhu tinggi di sejumlah lokasi tertentu. Jika informasi yang terkumpul mencukupi, kami dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik terkait kemungkinan bencana. Kami bahkan dapat memprediksi situasi bencana,” urai Wang Aimin, mantan profesor ilmu kelautan di Universitas Hainan.

Peternakan laut berteknologi tinggi
Wang Fengguo (kanan) mentransplantasikan koral di sebuah peternakan laut di area perairan Pulau Wuzhizhou di Sanya, Provinsi Hainan, China selatan, pada 17 Mei 2023. (Xinhua/Yang Guanyu)

Sejak peluncurannya, peternakan laut berteknologi tinggi itu telah mentransplantasikan lebih dari 35.000 koral dan menempatkan 2.571 terumbu karang buatan dari semen, serta 21 perahu besi tua guna menarik kawanan ikan dan biota laut lainnya untuk beristirahat, bersembunyi, hidup, dan berkembang biak. Lingkungan ekologis yang membaik telah menarik ratusan spesies ke peternakan laut itu.

Pulau Wuzhizhou juga berupaya untuk berkontribusi dalam mencapai target ‘karbon ganda’ China lewat keunggulan keanekaragaman hayatinya.

“Kami saat ini menggabungkan konstruksi peternakan laut dengan ‘sistem karbon biru,’ sebuah sistem penyerap karbon laut. Terdapat banyak kerang-kerangan yang hidup di terumbu karang buatan, dan kerang-kerangan ini sesungguhnya merupakan penyerap karbon,” tutur Wang Aimin.

Banner

Saat tidak menjalani misi penyelaman, Wang Fengguo gemar mengamati ikan-ikan dan koral pada layar besar atau di ponselnya. Hal ini mengingatkannya pada hari-hari awal saat bekerja sebagai instruktur selam dan secara langsung menyaksikan sistem koral yang sebagian besar masih alami.

“Di masa mendatang, saya berharap dapat melihat ikan-ikan dan koral di mana pun di perairan lepas pantai Pulau Wuzhizhou,” tuturnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan