Pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,2 persen pada 2023, dengan pembukaan kembali secara penuh, mencerminkan peningkatan mobilitas yang pesat.
Washington, AS (Xinhua) – Dana Moneter Internasional (IMF) pada Senin (30/1) memproyeksikan ekonomi China akan tumbuh sebesar 5,2 persen pada 2023, 0,8 poin persentase lebih tinggi dari perkiraan bulan Oktober 2022.
“Pertumbuhan di China diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,2 persen pada 2023, mencerminkan peningkatan mobilitas yang pesat,” sebut IMF dalam pembaruan yang baru dirilis untuk laporan World Economic Outlook.
Pertumbuhan global diproyeksikan turun dari estimasi 3,4 persen pada 2022 menjadi 2,9 persen pada 2023, kemudian naik menjadi 3,1 persen pada 2024, kata IMF, seraya mengungkapkan bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata historis antara tahun 2000 dan 2019 adalah 3,8 persen.
IMF mengatakan kenaikan suku bunga bank sentral untuk melawan inflasi dan konflik Rusia-Ukraina masih akan terus membebani aktivitas ekonomi.
Inflasi global diperkirakan turun dari 8,8 persen pada 2022 menjadi 6,6 persen pada 2023 dan 4,3 persen pada 2024, masih berada di atas tingkat sebelum pandemik (2017-2019) sekitar 3,5 persen, menurut pembaruan tersebut.
IMF menyebutkan bahwa penyebaran COVID-19 yang cepat di China menghambat pertumbuhan pada 2022, tetapi pembukaan kembali baru-baru ini membuka jalan bagi pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan.
“Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan meningkat dengan pembukaan kembali secara penuh pada 2023,” ungkap pembaruan itu.
Pembaruan tersebut juga mengatakan keseimbangan risiko masih cenderung menurun, tetapi risiko yang merugikan terhadap pertumbuhan global telah berkurang sejak laporan bulan Oktober 2022.
Di sebagian besar perekonomian, di tengah krisis biaya hidup, prioritasnya masih tetap “mencapai disinflasi yang berkelanjutan,” ujar IMF, seraya mengungkapkan bahwa dengan kondisi moneter yang lebih ketat dan pertumbuhan yang lebih rendah berpotensi memengaruhi stabilitas keuangan dan utang, diperlukan penerapan kebijakan instrumen makroprudensial dan penguatan kerangka kerja restrukturisasi utang.
Laporan: Redaksi