Banner

Hizbullah tegaskan tak akan izinkan kehadiran Israel di Lebanon selatan

Tentara Lebanon dikerahkan di dekat posisi militer Israel, yang masih bertahan di lima lokasi di dalam wilayah Lebanon, di Markaba, Lebanon, pada 19 Februari 2025. Militer Israel telah menarik diri dari wilayah perbatasan Lebanon selatan pada Selasa (18/2), namun masih bertahan di lima lokasi, kata seorang pejabat Israel, meskipun tenggat waktu untuk penarikan penuh telah berakhir berdasarkan perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah. (Xinhua/Ali Hashisho)

Persenjataan Hizbullah sangat penting untuk menghadapi Israel yang merupakan ancaman eksistensial, dan perlawanan adalah hak Lebanon.

 

Beirut, Lebanon (Xinhua/Indonesia Window) – Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem pada Ahad (9/3) menegaskan kembali bahwa Hizbullah tidak akan mengizinkan kehadiran Israel di Lebanon selatan, seraya menekankan perihal kekuatan dan komitmen abadi Hizbullah terhadap pertahanan Lebanon.

Dalam sesi wawancara dengan al-Manar TV yang disiarkan di televisi, Qassem mengungkapkan bahwa selama pemberlakuan perjanjian gencatan senjata, Hizbullah menghentikan operasi militer mereka, tetapi tetap mempertahankan kesiapan militer secara penuh.

“Selama 60 hari terakhir, Israel telah melakukan banyak pelanggaran. Perjanjian tersebut dengan jelas menetapkan bahwa Israel harus mundur melewati Sungai Litani,” imbuhnya.

Terkait masalah dalam negeri, Qassem menegaskan kembali dedikasi Hizbullah terhadap tata kelola dan stabilitas nasional, serta mendukung otoritas eksklusif pasukan keamanan atas keamanan dalam negeri.

Banner

Namun, Qassem menekankan bahwa persenjataan Hizbullah sangat penting untuk menghadapi Israel. “Israel merupakan ancaman eksistensial, dan perlawanan adalah hak Lebanon,” ungkapnya.

Qassem juga membahas rekonstruksi Lebanon, menegaskan bahwa pembangunan kembali area-area yang dilanda perang merupakan tanggung jawab negara. Qassem pun menekankan peran berkelanjutan Hizbullah dalam urusan politik dan militer, menegaskan bahwa “perlawanan” akan terus berlanjut selama ancaman Israel masih ada.

Perjanjian gencatan senjata, yang dicapai pada 27 November 2024, menghentikan sebagian besar konflik antara Hizbullah dan Israel yang telah berlangsung selama setahun, termasuk perang skala besar selama dua bulan yang melibatkan pengerahan pasukan darat Israel. Perjanjian tersebut mengamanatkan penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan dalam waktu 60 hari. Namun, Israel mempertahankan kehadirannya di lima posisi strategis di sepanjang perbatasan, dengan alasan adanya ancaman berkelanjutan dari Hizbullah.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan