Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Kebijakan moneter yang semakin berbeda antara China dan Amerika Serikat akan membantu mengendalikan kenaikan yuan yang berlebihan dengan mengurangi aliran uang asing, kata mantan regulator valas China, Rabu.

Federal Reserve AS secara luas diperkirakan akan mempercepat pengetatan moneter untuk menjinakkan inflasi tahun ini, sementara bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) perlu menggunakan alat kebijakan moneter untuk menstabilkan pertumbuhan.

“Oleh karena itu divergensi kebijakan moneter China-AS kemungkinan akan menjadi lebih besar,” kata Guan Tao, kepala ekonom global di BOC International, dalam sebuah komentar yang diterbitkan di Shanghai Securities News.

Pengetatan Fed diperkirakan akan mengurangi arus masuk modal asing ke China, menyusutkan surplus perdagangan negara itu dan dengan demikian membantu menstabilkan yuan, yang perlu lebih diselaraskan dengan fundamental ekonomi, kata Guan, yang sebelumnya mengepalai departemen neraca pembayaran Badan Tata Kelola Devisa Negara (SAFE).

Guan mengatakan divergensi kebijakan China-AS akan memiliki beberapa efek pada China, termasuk penurunan perbedaan imbal hasil, berkurangnya pembelian sekuritas China, penguatan dolar, berkurangnya permintaan untuk ekspor China dan volatilitas pasar keuangan global.

Banner

Bahkan dalam skenario terburuk di mana pengetatan Fed memicu krisis ekonomi global, China akan meredam dampak eksternal dengan melonggarkan kebijakan moneter, bukan memperketatnya, tulisnya.

Yuan mencapai level tertinggi hampir empat tahun terhadap dolar pada akhir Januari, bahkan ketika selisih antara obligasi 10-tahun China dan AS menyusut menjadi sekitar 80 basis poin, dari level tertinggi lebih dari 250 basis poin pada akhir 2020.

Guan menggambarkan spread antara 80 dan 100 basis poin sebagai “zona nyaman”.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan