Perayaan Tahun Baru Imlek di Italia dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan budaya tradisional, hidangan khas China, dengan berbagai landmark serta jalan-jalan diterangi warna merah yang membawa keberuntungan.
Milan, Italia (Xinhua) – Kota-kota di Italia dari wilayah utara hingga selatan diselimuti semangat Tahun Baru Imlek pada akhir pekan lalu, dengan berbagai pertunjukan budaya tradisional, hidangan khas China, dan berbagai landmark serta jalan-jalan diterangi warna merah yang membawa keberuntungan.
Di Milan, sebuah animasi perayaan Tahun Baru Imlek diputar pada sebuah layar besar di Piazza San Babila pada Sabtu (21/1), Malam Tahun Baru Imlek. Sementara itu, di Turin, landmark Mole Antonelliana dibalut cahaya berwarna merah yang membawa keberuntungan dan aksara Mandarin ‘Fu’, yang juga berarti keberuntungan.
Pada Ahad (22/1), Hari Tahun Baru Imlek, sejumlah seniman China dan Italia menyuguhkan berbagai pertunjukan budaya di dekat Arco Della Pace di Milan. Pertunjukan tersebut meliputi tari barongsai dan tari naga, Tai Chi, opera China, dan tari China klasik.
Jalan Paolo Sarpi, salah satu Kawasan Pecinan terbesar di Eropa, dihiasi dengan lampion merah serta naga China, dan warga setempat berbondong-bondong mengunjungi kawasan tersebut untuk mencicipi berbagai hidangan dan jajanan kaki lima khas China.
“Saya tahu lampion dan naga tersebut untuk merayakan Tahun Baru Imlek dan ini merupakan Tahun Kelinci,” kata seorang gadis muda Italia saat sedang membeli panekuk China.
“Saya punya banyak teman Tionghoa dan saya sering bertanya kepada mereka tentang budaya China,” ujar gadis Italia lainnya sambil memegang Baozi, roti kukus tradisional China yang diisi dengan beragam isian.
Di Institut Konfusius Universitas Katolik Hati Kudus (Confucius Institute of the Catholic University of the Sacred Heart) di Milan, para guru mendekorasi ruang kelas dan ruang konferensi dengan warna merah, dan menyiapkan beragam kegiatan dan pertunjukan budaya, termasuk pembacaan puisi.
“Ini kali pertama saya merayakan Tahun Baru Imlek di negara asing, tetapi saya masih bisa merasakan kuatnya atmosfer festival itu dalam berbagai kegiatan,” tutur Xu Qiruo, seorang siswa junior sekaligus guru sukarelawan di institut tersebut.
Penulis: Zhou Xiaotian