Jakarta (Indonesia Window) – Para ilmuwan Amerika Serikat baru-baru ini menunjukkan bukti yang menguatkan hipotesis bahwa dinosaurus musnah setelah asteroid menghantam Bumi.
Penelitian yang dipublikasikan pada Senin (9/9) di Prosiding National Academy of Sciences menggambarkan apa yang terjadi pada batuan setebal ratusan kaki yang mengisi kawah tumbukan dalam 24 jam pertama setelah hantaman asteroid, demikian laporan dari Xinhua yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Ketika asteroid menghantam planet ini, peristiwa ini memicu kebakaran hutan, tsunami dan meledakkan banyak belerang ke udara yang menghalangi matahari, sehingga menyebabkan pendinginan global yang mematikan, menurut hipotesis tersebut.
Asteroid menghantam dengan kekuatan setara dengan 10 miliar bom atom seperti yang digunakan dalam Perang Dunia II dan ledakan itu membakar pepohonan dan tanaman yang berjarak ribuan mil jauhnya dan memicu tsunami besar.
Sebuah tim internasional yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Texas di Austin, Amerika Serikat mengambil bebatuan dari lokasi terdampak hantaman asteroid di lepas pantai Semenanjung Yucatan di Meksiko. Di dalam bebatuan tersebut mereka menemukan potongan arang, tumpukan batu yang dibawa oleh arus balik tsunami dan tidak ada sulfur yang mencolok.
Mereka menyebutnya sebagai rekaman batian yang menampakkan gambaran paling detail tentang bencana yang memusnahkan dinosaurus.
Sebagian besar material yang mengisi kawah dalam beberapa jam setelah hantaman terbentuk di lokasi benturan atau tersapu oleh air laut yang mengalir kembali ke dalam kawah, menciptakan endapan sekitar 130 meter dalam waktu hanya satu hari, menurut para peneliti.
Di dalam kawah mereka arang dan biomarker (penanda biologi) kimia yang terkait dengan jamur tanah di dalam atau tepat di atas lapisan pasir yang menunjukkan tanda-tanda diendapkan oleh air yang pasang kembali.
Daerah di sekitar kawah tumbukan penuh dengan batuan yang kaya belerang, tetapi tidak ada belerang di inti kawah, yang mendukung teori bahwa hantaman asteroid menguapkan mineral yang mengandung belerang dan melepaskannya ke atmosfer.
Para peneliti memperkirakan bahwa setidaknya 325 miliar metrik ton belerang dilepaskan oleh hantaman tersebut. Volume ini sekitar empat kali lebih besar dari sulfur yang dimuntahkan selama letusan gunungapi Krakatau pada 1883, yang mendinginkan Bumi dengan suhu rata-rata 2,2 derajat Fahrenheit (-16,5 derajat Celsius) selama lima tahun.
Sean Gulick, profesor penelitian di Institut UniversitasTexas untuk Geofisika yang memimpin penelitian tersebut, menggambarkan proses itu sebagai “neraka berumur pendek di tingkat regional, diikuti oleh periode panjang pendinginan global” yang membunuh dinosaurus.
Dinosaurus diperkirakan hidup antara 247 dan 240 juta tahun yang lalu pada Periode Trias.
Hewan ini menguasai Bumi selama sekitar 175 juta tahun hingga 65,5 juta tahun yang lalu pada Era Mesozoik.
Hingga kini para ilmuwan masih mendebatkan penyebab kepunahan dinosaurus. Sejumlah dugaan tentang kepunahan mereka adalah karena terdampak hantaman asteroid, tersedak bahan kimia dari meletusnya gunung api, perubahan iklim dan faktor-faktor lain.
Laporan: Redaksi