Penolakan terhadap gencatan senjata di Gaza sama halnya memberikan lampu hijau pembantaian terus berlanjut.
PBB (Xinhua) – Menyusul veto Amerika Serikat (AS) terhadap draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, seorang utusan China pada Selasa (20/2) mengatakan bahwa penolakan terhadap gencatan senjata di Gaza sama halnya memberikan lampu hijau pembantaian terus berlanjut.
Draf resolusi tersebut memperoleh 13 suara setuju dari 15 anggota Dewan Keamanan. Sementara itu, Inggris memilih abstain.
China mengungkapkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap veto AS, kata Zhang Jun, perwakilan tetap China untuk PBB.
Aljazair, yang mewakili negara-negara Arab, mengajukan draf resolusi yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan segera semua sandera, jaminan akses terhadap bantuan kemanusiaan, dan penolakan terhadap relokasi paksa. Resolusi tersebut, yang berlandaskan pada aturan dasar kemanusiaan, sangat dibutuhkan oleh situasi di lapangan dan patut mendapatkan dukungan dari semua anggota Dewan Keamanan, ujarnya dalam sebuah keterangan usai pemungutan suara itu.
Aljazair, yang menunjukkan alasan, ketulusan, dan sikap terbuka, telah melakukan konsultasi yang mendalam dan ekstensif dengan semua pihak mengenai draf resolusi tersebut dan menerima banyak gagasan konstruktif, yang membuat draf resolusi tersebut menjadi lebih berimbang, tuturnya. “Hasil pemungutan suara hari ini dengan jelas menunjukkan bahwa dalam isu gencatan senjata untuk menghentikan pertempuran di Gaza, bukan karena Dewan Keamanan tidak memiliki konsensus yang kuat, melainkan penggunaan hak veto oleh AS-lah yang melumpuhkan konsensus dewan.”
Veto AS menyesatkan, dan mendorong situasi di Gaza menjadi lebih berbahaya, ujar Zhang.
Klaim AS bahwa sebuah resolusi akan mengganggu upaya diplomatik yang sedang berlangsung sama sekali tidak berdasar. Mengingat situasi di lapangan, penolakan pasif terus-terusan terhadap gencatan senjata segera, sama halnya memberikan lampu hijau pembantaian terus berlanjut, ujarnya.
Meskipun draf resolusi tersebut telah diveto, dampak limpahan (spillover) dari konflik ini menyebabkan ketidakstabilan di seluruh kawasan Timur Tengah, yang mengarah pada meningkatnya risiko perang yang lebih luas. Hanya dengan memadamkan api perang di Gaza, dunia dapat mencegah api neraka melalap seluruh kawasan itu. Dewan Keamanan harus bertindak cepat untuk menghentikan pembantaian ini, ungkap Zhang.
Dewan Keamanan harus mengambil tindakan untuk mendorong gencatan senjata. Hal ini seharusnya tidak menjadi bahan perdebatan, melainkan kewajiban moral yang tidak dapat dihindari oleh dewan. Ini adalah tanggung jawab hukum yang harus diemban oleh dewan. Terlebih lagi, ini merupakan persyaratan politik yang harus dipenuhi oleh Dewan Keamanan sesuai dengan Piagam PBB, ujarnya.
“Veto ini tidak bisa meredam seruan kuat untuk gencatan senjata dan penghentian perang. Dewan Keamanan tidak dapat menghentikan tugasnya untuk menegakkan keadilan dan memenuhi tanggung jawabnya hanya karena veto,” katanya.
China mendesak Israel untuk mengindahkan seruan komunitas internasional, membatalkan rencana serangan ke Rafah, dan menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina. China mengharapkan negara-negara yang memiliki pengaruh signifikan untuk tidak terlalu banyak melakukan kalkulasi politik, melainkan bersikap netral dan bertanggung jawab, serta menentukan pilihan yang tepat untuk mendorong gencatan senjata di Gaza. China menyerukan komunitas internasional untuk menyatukan semua upaya diplomatik guna memberikan kesempatan kepada warga Gaza untuk bertahan hidup, memberikan kesempatan kepada masyarakat di seluruh kawasan Timur Tengah untuk menikmati perdamaian, dan memberikan peluang untuk menegakkan keadilan, tutur Zhang.
Laporan: Redaksi