Penggunaan mata uang lokal di ASEAN diharapkan memperkuat ketangguhan finansial, memperdalam integrasi keuangan regional dengan meningkatkan perdagangan dan investasi intra-ASEAN, serta memperkuat rantai nilai regional.
Labuan Bajo, NTT (Xinhua) – Guna memfasilitasi integrasi ekonomi regional, para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) membuat deklarasi untuk memperkuat konektivitas pembayaran regional dan mempromosikan penggunaan mata uang lokal pada Rabu (10/5) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang berlangsung selama dua hari.
Di bawah keketuaan Indonesia, KTT ASEAN ke-42 tahun ini, yang mengusung tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’, digelar pada 9-11 Mei di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa para pemimpin mengakui potensi keuntungan dari penggunaan mata uang lokal dalam memperkuat ketangguhan finansial, memperdalam integrasi keuangan regional dengan meningkatkan perdagangan dan investasi intra-ASEAN, serta memperkuat rantai nilai regional.
Para pemimpin menyatakan komitmennya untuk memperkuat konektivitas pembayaran regional dengan memanfaatkan peluang yang muncul dari inovasi untuk memfasilitasi pembayaran lintas perbatasan yang lancar dan aman, dengan mempertimbangkan situasi negara.
Mereka juga sepakat untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas perbatasan di kawasan tersebut dan mendukung pembentukan satuan tugas untuk mengeksplorasi pengembangan Kerangka Transaksi Mata Uang Lokal ASEAN.
Menjelang KTT tersebut, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap Indonesia dapat mendorong dedolarisasi regional melalui keketuaan ASEAN 2023 yang dipegangnya.
Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani mengatakan dalam pernyataan resmi bahwa dedolarisasi telah menjadi fenomena global dan, hingga batas tertentu, sebuah orientasi ekonomi.
Pada akhir Maret, pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN menyepakati penguatan penggunaan mata uang lokal di kawasan itu dan mengurangi ketergantungan terhadap mata uang internasional utama untuk perdagangan dan investasi lintas perbatasan dalam upaya untuk menjamin stabilitas keuangan dan menghindari efek limpahan seperti inflasi yang tinggi akibat krisis global.
Laporan: Redaksi